Senin, 29 Desember 2014

MUI KOTA DUMAI AJAK GURU MUSLIM TINGKATKAN DEDIKASI DAN BANGUN KEPRIBADIAN ISLAMI



Bertempat di ruang serba guna SMA 2 Dumai, pada hari Minggu 28 Desember 2014 MUI Kota Dumai melaksanakan seminar pendidikan Islam untuk guru-guru yang beragama Islam. Acara seminar ini menghadirkan dua narasumber; Lukman Syarif, MA. Dan Drs. Kamarudin, serta Melliana, ST. MM. Sebagai moderator,  yang alhamdulillah telah diikuti lebih dari 65 Orang peserta yang keseluruhannya terlihat sangat bersemangat dan antusias selama mengikuti acara seminar. Seminar pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh MUI Kota Dumai dapat dianggap sebagai seminar yang baru yang patut untuk dikedepankan agar dapat mewarnai dan memberikan sumbangsih pada proses pengembangan pendidikan dan peningkatan kualitas anak bangsa. Berkaca pada kenyataan hari ini MUI Kota Dumai merasa sangat terpanggil dan tersentuh menyaksikan sebagian generasi muda Muslim yang cenderung bersikap malu tampak miskin tapi tak malu tampak bodoh, malu tak tampak cantik tapi tak malu tak tahu apa-apa, bosan susah buru-buru mau kaya, hidup dengan budaya instan dan cenderung tanpa usaha, tak pandai bersyukur dan selalu lupa berterimaksih, miskin cita-cita tapi tinggi angan-angan.

Seminar ini dilaksanakan untuk mengangkat esensi pendidikan dalam kacamata Islam sebagai sebuah upaya murni untuk  meningkatkan kualitas kehidupan ummat yang bernuasa ibadah dan pengabdian. Lukman Syarif, MA. Ketua MUI Dumai dalam pemaparannya mendefinisikan pendidikan Islam sebagai sebuah proses penanaman nilai dan norma dengan mempengaruhi anak didik  dengan berbagai pengaruh positif dan edukatif yang dipilih secara selektif dan afirmatif untuk membantu pertumbuhan anak didik menjadi generasi harapan ummat. Pendidikan dapat dianggap sebagai sebuah proses demokratisasi tingkat tinggi, karena pendidikan adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, melahirkan sebuah generasi Islami yang siap menjadi agen perubahan pada kehidupan ummat, berbangsa dan bernegara, dengan melahirkan para pemimpin Islami yang berkualitas dan penuh rasa pengabdian kepada ummat dan agama. Lebih lanjut Lukman Syarif, menyatakan bahwa tugas seorang guru Muslim adalah mengajarkan anak didik tentang data, realita dan fakta serta lingkungan dan tantangan zaman yang mereka hadapi, kemudian pembentukan kepribadian dengan melakukan koreksi menyeluruh terhadap perilaku anak didik, dan pemahaman tekstual yang baik serta penguasaan hikmah atau kebijaksanaan yang memadai sebagaimana terpatri pada intisari ayat 164 surah Ali Imran.

Pada pemaparan kedua Drs. H. Kamarudin meyampaikan bahwa sekolah dan pendidikan hari ini bukan saja menuntut para guru untuk menyempurnakan tugas dan tanggungjawab mereka dalam mencetak setiap anak didik menguasai  baca tulis dan menghitung, malah menguasai pengetahuan dan keahlian-keahlian baru serta akhlak yang mulia. Oleh sebab itu tugas dan tanggungjawab serta komitmen guru haruslah bertambah dan meningkat  dari sebelumnya dan ini sudah tentu memerlukan satu sikap baru dan 'pandangan baru' dalam menempuh kesuksesan pendidikan secara keseluruhannya. Sikap negatif sebagian guru Muslim yang kurang peduli dengan akhlak dan kepribadian siswa, serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, dapat menghambat proses pengembangan generasi muda Muslim, serta peningkatan kualitas anak bangsa. Sesungguhnya menjadi guru yang efektif, penuh keteladanan dan  sekolah yang berpengaruh, prestasi pendidikan yang sukses dan cemerlang bukan suatu yang mustahil untuk dicapai. Syarat yang utama adalah kesiapan dan kesanggupan guru-guru mengubah paradigma, mengubah pola berfikir, merevisi sikap dan pola tindak serta berusaha dengan gigih untuk menjadi guru yang profesional dan tidak mudah patah semangat, serta selalu mengedepankan etika dan keteladanan, serta jauh dari hal-hal yang bersifat matrealistis dan hedonis.
                                                                       
            Pada sesi tanya jawab lukman Syarif menyatakan bahwa; Kelemahan dan kegagalan murid adalah manifestasi dari kelemahan dan kegagalan para guru. Semua guru Muslim bertanggung jawab sama terhadap akhlak dan keagamaan para siswa dengan tanpa membedakan bidang studi yang mereka ajar karena Islam tidak mengenal dikotomi dalam pendidikan. Guru yang profesional senantiasa menunjukkan ciri-ciri kekuatan ilmu dan bertingkah-laku dengan keluhuran etika kerja serta mempunyai kefahaman yang jelas dan mendalam, kesungguhan dan komitmen yang tinggi pada penyelesaian tugasnya di sekolah. Guru yang berjiwa tangguh tidak mudah mengaku kalah dalam kerjanya, dan mempunyai sikap optimis dalam semua tindakan, serta siap belajar dari kesalahan dan kelemahan. Seminar ini diakhiri dengan kuis berhadiah buku-buku agama yang disambut riang dan semagat oleh para peserta seminar, serta ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kota Dumai, Kepala Sekolah  SMA 2 dan seluruh jajarannya.


Tidak ada komentar: