Kamis, 17 April 2008

PILGUBRI DIYAKINI LEBIH SERU

DUMAI-Mundurnya calon incumbent H.M Rusli Zainal dari jabatannya sebagai Gubernur Riau dan H. Wan Abu Bakar sebagai incumbent wagubri, atau H. Thamsir Rachman dari Bupati Inhu diperkirakan akan membawa angin persaingan menuju kursi Riau 1 semakin seru. Sebab, masing-masing balon tidak bisa lagi menggunakan fasilitas pemerintah untuk proses menarik simpati masyarakat, sehingga calon incumbent akan terlihat apakah dia akan teruji dalam menarik simpati masyarakat tanpa didampingi aparatur pemerintah. Sehingga diyakini juga dapat memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
"Kalau pejabat incumbent diharuskan mundur, otomatis persaingan antar calon akan semakin seru. Sebab, wibawa, kedudukan dan fasilitas yang mereka gunakan relatif sama dan sebagai calon incumbent harus bersikap fair ketika dia telah menyatakan mengundurkan diri dari kursi jabatannya," kata Lukman Syarif, salah seorang pengamat politik di Kota Dumai, kemarin (9/4). Selain itu, dengan mundurnya calon Incumbent dari jabatannya, otomatis rencana kampanye juga akan berubah. Mulai dari strategi, pendanaan, fasilitas hingga wibawa dan loyalitas masyarakat juga akan berubah.
Kondisi itu, lanjut Lukman, juga akan memberi kesempatan lebih luas bagi calon lainnya untuk bersaing secara terbuka. "Ya jelas calon-calon lain akan lebih semangat. Sebab, mereka akan berkampanye sama-sama sebagai warga sipil. Berbeda dengan calon yang masih aktif menjabat yang memiliki nilai jual lebih tinggi di mata masyarakat. Pertarungan akan terbuka dan fair, dimana tidak ada calon yang lebih istimewa karena dibekali atribut dan fasilitas lebih. Sebab, dengan proses demokrasi seperti itu, pemimpin yang lahir dari proses tersebut merupakan pemimpin yang benar-benar teruji," katanya.(lan)

Rabu, 09 April 2008

DAI DIMOHON DOA HUJAN ATASI KEMARAU DAN KEBAKARAN HUTAN

Dumai-Musim kemarau yang terjadi saat ini di KOta Dumai,mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih yang selama ini diharapkan warga dari turunnya hujan, saat ini semakin minim, bahkan hampir tidak ada. Sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Kenyataan ini diperparah lagi dengan munculnya kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai akibat terbakarnya lahan dibeberapa lokasi, yang beresiko munculnya infeksi pernapasan.
Miswan, warga Jalan Sidorejo misalnya. Ia mengaku, sebelum musim kemarau dirinya hanya membeli air bersih untuk keperluan masak dan memandikan bayinya, namun saat ini Ia terpaksa membeli air bersih dalam jumlah banyak. Air sumur yang biasanya masih bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian, saat ini tidak dapat dipergunakan lagi karena airnya kuning.
Kesulitan air ini juga diungkapkan Yon Riz, petani di Bagan Besar. Kemarau saat ini menurutnya berdampak buruk bagi hasilpertaniannya. "Sekarang ini kondisinya sulit. Tanaman pada kering, waktu dipanen hasilnya jauh menyusut. Tapi mau bagaimana lagi, karena kalau sudah musim kemarau memang begini resikonya," keluhnya juga.
Menanggapi persoalan yang saat ini terjadi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Dumai H. Lukman Syarif MA, menghimbau para Khatib Jumat agar mengajak jemaahnya membaca doa minta hujan. Menurutnya, segala musibah akibat kemarau ini hendaknya disikapi dengan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan. "Semua masalah ini hendaknya membawa kita kepada kesadaran bahwa Kekuasaan Allah melebihi segalanya"ujarnya.
Disebutkannya, musim kemarau yang melanda kawasan Dumai kali ini telah membawa berbagai permasalahan bagi masyarakat. "Banyak persoalan yang timbul akibat musim kemarau ini. Masyarakat jadi kesulitan mendapatkan air, terjadinya kebakaran lahan, suhu udara tinggi, kabut asap yang membahayakan kesehatan, serta mengganggu ketika berkendaraan dan dampak lain yang tidak bisa dibiarkan," ujarnya.

Menyongsong Pilkada Riau 1

Oleh
Lukman Syarif, MA.
Tahun 2007 adalah starting point yang menandai bermulanya pergulatan politik Riau secara serius dalam skala lokal, dengan bentuk dan nuansa Pilkada Riau 1 pada tahun 2008 nantinya. Jika ditahun 2006 kita menyaksikan manuver-manuver politik para bakal calon ( balon ) dalam bentuk kampanye terselubung dan agenda tersembunyi, maka tirai tersebut akan mulai terbuka dan terungkap sehingga maksud dan tujuan para bakal calon akan dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Jika tahun 2006 dipenuhi dengan ucapan-ucapan selamat, baik berupa pemasangan baleho, poster-poster dan iklan-iklan layanan masyarakat di media elektronik dan cetak, maka tahun 2007 diyakini para bakal calon akan berubah trend dengan slogan; Mohon Doa Restu yang biasa dipakai oleh para bakal calon pada pilkada Walikota / Bupati di Provinsi Riau.
Sesungguhnya dinamika politik lokal baik secara makro ataupun mikro terutama sekali yang berkaitan dengan PILKADA Provinsi Riau sejak awal tahun 2006 ini, bahkan jauh sebelumnya, terlihat semakin menggeliat dan mengemuka di dalam pembicaraan dan dialog ataupun diskusi antara sesama warga masyarakat Riau. Pilkada Riau 1 ( Pemlihan Gubernur ) selalu menjadi isu penting dalam pertemuan-pertemuan resmi di kantor-kantor dan di forum-forum ilmiah, dan pertemuan tidak resmi di rumah-rumah, bahkan ianya dibicarakan dan didiskusikan juga di warung-warung kopi. Tiada hari yang berlalu bagi media masa lokal baik cetak maupun elektronik tanpa perlombaan pasar yang ketat dalam memperebutkan kesempatan untuk mensosialisasikan manuver-manuver politik tersembunyi para bakal calon di media masa yang mereka miliki terutama melalui segment kegiatan-kegiatan sosial dan agama ataupun himbauan moral lainnya yang dibungkus dalam kemasan pemberitaan yang menarik dan mengandungi makna atau maksud promosi para bakal calon serta hal-hal strategis lainnya yang menjadi perhatian utama bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa duet kepemimpinan Rusli Zainal dan Wan Abu Bakar sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau akan berakhir pada tahun 2008 nantinya, maka Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Riau secara langsung oleh Rakyat Riau untuk pertama kalinya pada level provinsi wajib dilaksanakan terlepas dari rasa suka atau tidak suka kita, mau dan tidak mau, sebelum berakhirnya duet kepemimpinan mereka berdua, karena kekosongan kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat mustahil dalam sistem pemerintahan di negara kita. Belajar dari proses pilkada pada level kabupaten / kota yang telah berlangsung sebelumnya, dengan cerita dan kisahnya yang tersendiri, serta fenomena umum dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan ( ormas ) secara mendadak dan lembaga swadaya masyarakat lainnya ( LSM ) juga secara mendadak dan sporadis bagaikan tumbuhnya jamur di musim hujan. Kehadiran beberapa tokoh baik dari stok lama ataupun baru, angkatan muda yang energik dan reformis ataupun generasi tua yang cenderung konservatif, serta kehadiran beberapa tokoh dan bakal calon yang terkesan karbitan sangat mewarnai pesta demokrasi dan proses suksesi kepemimpinan di tingkat kabupaten/ kota. Aksi dukung mendukung juga timbul berupa penyataan sikap dari beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama ataupun pimpinan organisasi dengan klaim kepememilikan anggota yang banyak, besar dan berpengaruh sebagai media untuk melakukan lobi dan negoisasi ataupun bargaining politik untuk mendapatkan keuntungan politik, sosial dan materi lainya ( political and material benefits ) yang sangat mereka harapkan. Pada pilkada kabupaten / kota juga muncul kelompok-kelompok yang melihat yang melihat event penting ini sebagai momentum bisnis dan kesempatan kerja ( job opportunity ) untuk meraih kepentingan materi yang telah lama ditunggu-tunggu. Para pengiat dunia bisnis telah menghitung dan menilai berapa banyak kesempatan yang ada dan keuntungan yang bakal diraih melalui penyedian alat-alat kelengkapan pilkada yang diperlukan para bakal calon ataupun calon. Secara umum mereka ini memiliki kemampuan persuasif yang tinggi dan pendekatan yang affirmatif sehingga sebagai para bakal calon ataupun calon ada yang menerima tawaran mereka, padahal mereka hanya melihat pilkada sebagai sebuah tender proyek bernilai milyaran, secara tertutup yang bisa dilakukan secara Penunjukan Langsung ( PL ) tanpa harus mengangkaki Keppres 80.
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam skala atau tingkat kabupaten / kota, apakah ianya juga bakal terjadi dalam skala atau level provinsi? Para ahli sejarah melihat bahwa sebuah fenomena yang terjadi hari ini tak terlepas dari apa yang terjadi sebelumnya atau bisa dianggap sebagai proses pengulangan kejadian sebelumya dengan skala dan nuansa yang berbeda ( history repeat itself ). Pemikiran ini tentunya sangat berdasar terutama apabila kita melihat mindset ( alur pikir ) dan paradigma masyarakat kita hari ini yang belum mengalami reformasi mindset dan perubahan pola pikir dalam menata hidup dan memperjuangkan sebuah aspirasi terutama hal-hal yang berhubungan dengan keuntungan materi yang masih sangat dominan dalam kehidupan kita. Thomas Kuhn dengan konsepnya Paradigm Shift ( anjakan paradigma ) menyatakan bahwa sebuah masyarakat tidak akan berubah sebelum mereka dengan rela dan terbuka menerima proses perubahan pola pikir dan cara pandang terhadap hidup dan pola hidup yang diamalkan. Kecemasan kaum intelek dan kelompok moralist tentang fenomena di atas adalah sangat logis dan realistik karena semuanya bakal terulang dan terjadi pada helat akbar atau pesta demokrasi terbesar di Riau pada ajang Pilkada Riau 1 nantinya. Untuk pertama kalinya pada pilkada ini kebijaksanaan dan kearifan masyarakat Riau akan diuji dalam menentukan putra terbaik mereka untuk memimpin Riau, menuju masyarakat yang demokratis, maju, adil, sejahtera, agamis, berwawasan internasional, serta memiliki kredibilitas moral yang tinggi dan bermartabat. Proses pendewasaan masyarakat adalah suatu yang wajib agar jurang intelektual, emosi dan spiritual yang selama ini menjadi kendala, dapat dihilangkan dan menyatu dalam sebuah tim pembangunan masyarakat yang solid dan konsistent.