Minggu, 27 Januari 2008

Puasalah Anda Pasti Sehat


Ahlan Wasahlan Ya Ramadhan (selamat datang wahai Ramadhan), Romadhon Kariim (ramadhan yang mulia), adalah ungkapan rasa gembira yang sangat luar biasa dan penuh kebahagiaan yang selalu menghiasi bibir hamba Allah yang mendambakan kedamaian dan kebersamaan dengan Allah swt. Ungkapan ini juga merupakan doa tulus ikhlas kaum mukminin agar mendapat keberkahan bukan ramadhan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan atau 82 tahun, apabila dilaksanakan dengan baik dan niat ibah lillahi ta’ala. Kedatangan Ramadhan adalah sebuah kesempatan emas ( golden opportunity ) bagi kita semua jika kita dapat memahami dan menjiwai makna, hakikat dan kelebihan ( fadhilat ) Ramadhan, untuk merebut dan menggapai peluang dan kesempatan mencapai maghfirah ( keampunan Allah ), rahmat ( kasih sayang Allah ) dan Itqun min al-Nâr ( kebebasan dari api neraka ) yang telah dijanjikan.

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman ,diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,

Surah al-Baqarah ( 2 : 183 )

Ayat di atas adalah sebuah perintah yang jelas dan tegas dari Allah swt yang mewajibkan orang-orang yang beriman untuk menjalankan puasa selama 1(satu) bulan yaitu pada bulan ramadhan guna mencapai martabat takwa atau menjadi golongan Muttaqiin. Kita mesti menyadari bahwa apa yang Allah perintahkan pasti mengandungi kebaikan dan manfaat yang besar, dan apa yang dilarang pasti menimbulkan keburukan dan kerugian yang lebih besar. Sesungguhnya hikmah puasa sangat besar bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat sehingga Allah menganjurkan kita semua untuk melaksanakan puasa pada hari yang lain. Nabi Bersabda:

“Berpuasalah kamu, tentu kamu akan memjadi sehat"

Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa ibadah puasa mengandungi sejuta hikmah dan manfaat utama terhadap kesehatan jiwa dan raga kita semua. Kesehatan yang komfrehensif dan sustainable meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial (sesuai dengan definisi sehat menurut versi WHO). Kajian atau riset ilmu kesehatan yang dilakukan oleh beberapa dokter pakar dan para saintis membuktikan bahwa pada saat kita berpuasa tubuh kita tidak mendapat suplai makanan dari luar tapi tetap dapat melaksanakan aktivitas dengan baik ,hal ini terjadi karena tubuh kita mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi ini dapat bertahan selama + 25 jam, sehingga kita tidak perlu khawatir dengan aspek negatif puasa yang akan menimbulkan penyakit, karena puas tidak memiliki implikasi negatif terhadap kesehatan, bahkan puasa akan menimbulkan kesegaran dan kebugaran pada tubuh kita.

Untuk memperdalam nilai keimanan dan penghayatan kita terhadap keagungan dan kebesaran Allah, tentunya kita sadar bahwa kita dituntut untuk berusaha secara sukarela, kritis dan rasional yang mendalam terhadap hikmah dan manfaat yang ada pada puasa bagi kesehatan kita, baik secara fisik dan rohani ataupun kejiwaan. Berikut beberapa hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan

A. KESEHATAN JASMANI

1. Memberi kesempatan beristirahat kepada alat pencernaan.

Makanan yang masuk kedalam tubuh kita akan menjalani proses pencernaan + 8 jam ,4 jam di proses di lambung dan 4 jam di usus halus ,berarti dalam waktu 11 bulan pencernaan kita tidak henti-hentinya bekerja. Pada waktu puasa kita makan sahur jam 4 pagi ini berarti jam 12 proses pencernaan sudah selesai, jadi antara jam 12 siang sampai berbuka puasa adalah kesempatan bagi pencernaan kita untuk istirahat. Makanan yang masuk kedalam lambung kita akan dicerna dari bentuk kasar menjadi halus. Di dalam usus halus akan diperoses, dicerna dan diserap sampai tingkat molekuler yang disebut zat gizi.

2. Membebaskan tubuh dari kotoran, racun dan ampas ( toksin )

Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk tidak makan kecuali kita lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Anjuran ini berlaku untuk semua keadaan bukan hanya untuk bulan ramadhan. Cara ini dapat dikategorikan sebagai Islamic hygiene ( cara Islam menjaga dan memelihara kesehatan ). Hikmah dari anjuran ini adalah membangun kesadaran pada diri kita bahwa di dalam tubuh kita terdapat zat-zat berbahaya yang mesti dikeluarkan seperti Urine, CO2 dll. Apabila terjadi ganguan pengeluaran maka beberapa jenuis penyakit akan timbul karena zat-zat tersebut yang merupakan sisa-sisa pengolahan akan kembali diserap oleh tubuh. Ketika kita berpuasa suplai makanan yang diterima oleh tubuh kita adalah terbatas, hal ini sangat berguna untuk mencegah penumpukan zat-zat yang tidak berguna pada tubuh kita.

3. Kulit menjadi lebih sehat, halus dan berseri

Cadangan energi yang ada pada tubuh kita yang biasa disebut glikogen kebanyakan berasal dari sumber-sumber makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW agar kita mengawali berbuka puasa dengan kurma, buah-buahan atau minuman yang manis. Pada waktu puasa cadangan energi (glikogen) akan dikeluarkan sehingga akan memberi kesempatan rileks bagi sel-sel penyimpannya, termasuk sel-sel di kulit sehingga akan nampak pada kulit orang-orang yang berpuasa menjadi lebih segar.

4. Menghambat makanan dari bakteri, virus dan sel kanker.

Di dalam tubuh kita terdapat parasit yang menumpang hidup termasuk di makanan dan minuman. Pada waktu puasa dimana suplai makanan dikurangi, tentu parasit tadi juga akan keluar bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

5. Meningkatkan daya tahan tubuh.

Menurut peneliti dari Universitas Osaka Jepang, minggu pertama puasa tidak ditemukan pertumbuhan sel darah putih, tetapi pada hari ke 7 sampai hari ke 10 terjadi penambahan sel darah putih yang pesat sekali dan secara otomatis akan meningkatkan kekebalan tubuh. Sel darah putih berfungsi melawan peradangan yang ada dalam tubuh, sehingga banyak penyakit radang dapat disembuhkan seperti radang lambung (maag), radang tenggorokan (amandel), radang sendi dan lain-lain, dan juga dapat menghancurkan sel-sel kanker.

6. Meningkatkan daya serap makanan.

Dalam keadaan normal tidak puasa, pencernaan kita hanya dapat menyerap 35% dari gizi makanan yang dikonsumsi. Seperti disebutkan diatas dalam keadaan puasa pencernaan kita akan beristirahat + 6 Jam dan hal ini akan meningkatkan penyerapan zat gizi mencapai 85%, logikanya bila efisiensi pencernaan bertambah daya serap tubuh terhadap gizi akan menguat.

7. Memperbaiki fungsi hormon.

Pada situasi tertentu misalnya sedih, gembira, dan emosional, kelenjar endoklin akan mengeluarkan zat kimia yang mengeluarkan hormon, jika fungsi hormon normal maka irama tubuh menjadi harmonis. Situasi ini dapat diperolah dengan melaksanakan puasa, ketika puasa orang yang beriman akan bersikap sabar, mampu menahan amarah dan senantiasa berserah diri kepada Allah swt.

B. Pengaruh puasa terhadap kesehatan rohani:

Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari derajat kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) nya saja tetapi juga di ukur dari Emotional Quotient (EQ) nya. IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang, sedangkan EQ berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang, antara lain sifat dermawan, sabar, kasih sayang, rasa kepedulian antar sesama, santun, dan lain-lain. Dari segi kesehatan mental, puasa erat kaitannya dengan kemampuan mengendalikan diri karena meningkatnya EQ, karena orang yang berpuasa terlatih untuk mengatasi dan mencegah stress, rasa tertekan dan depresi. Puasa dapat juga menghilangkan penyakit-penyakit hati yang dapat mengganggu kesehatan jiwa seperti dendam, dengki, riya’ dan takabbur, sehingga kita akan mampu tampil sama ada menjadi orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersyukur. Wallohu ‘A’lam.

Puasa: Sebuah Kontemplasi


Marhaban ya Ramadhan atau selamat datang Ramadhan1428H, adalah ungkapan religi yang sudah menjadi umum dan populer bagi kita semua dalam menyambut datangnya bulan yang penuh berkah ini. Bagi masyarakat Arab biasanya diungkapkan dengan kata-kata khusus sebagai doa tulus dan tanda keakraban, seperti; Romadhoon Mubaarok atau Romadhoon Sa’id yang berarti: semoga romadhon ini penuh berkah, atau yang sangat membahagiakan. Ungkapan ini tentunya memberikan isyarat yang jelas bahwa kita semua akan menerima kehadiran tamu agung yang membawa sejuta rahmat dan segudang keberuntungan bagi hidup kita semua. Tamu agung ini mestilah disambut dengan acara adat istiadat yang luhur dan persiapan yang matang serta program yang terencana. Tamu agung ini hanya datang sekali dalam setahun dan kita mungkin tak berkesempatan lagi untuk menyambut tamu ini pada tahun-tahun berikutnya. Ramadhan sebagai bulan yang penuh rahmat dan berkah datang untuk mendidik dan membantu manusia melakukan pengenalan dan pengembangan potensi diri dalam menterjemahkan makna ibadah dan khilafah fil ardi.

Puasa atau shoum dalam bahasa al-qur’an selalu mengingatkan kita bahwa Lupa diri adalah sebuah sindrom psikologis ( kejiwaan ) yang bersifat endemik dan sporadis dalam menyerang dan menimpa kebanyakan manusia di dunia ini. Kesibukan harian dan tradisi rumor, isu serta menjual gosip kemana-mana adalah sebuah kebiasaan buruk yang telah menjadikan manusia lebih mengenali keburukan dan kelemahan orang lain daripada kelemahan diri sendiri. Secara historis sindrom ini telah menjadi penyebab utama kepada keruntuhan beberapa dinasti agung yang telah berdiri selama ratusan tahun. Keruntuhan dinasti agung ini adalah kehancuran bagi beberapa peradaban agung yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia di dunia. Apabila manusia telah lupa diri dan lebih mengenal orang lain dari dirinya maka ia akan mengalami krisis identitas yang menjadikan dirinya hidup tanpa tujuan dan wawasan yang jelas dan pasti. Sindrom lupa diri akan menjadikan seseorang ingin menjadi orang lain, bersikap, berbuat dan bertindak seperti mereka. Perbuatan ini pada hakikatnya, hanya akan menimbulkan konflik kejiwaan pada diri manusia karena banyak hal dan perkara yang dilakukan tidak sesuai dengan fitrah dan hati nurani mereka sendiri. Sesungguhnya manusia tidak akan pernah dapat hidup tenang dan bahagia dengan menjadi orang lain tanpa menjadi dirinya sendiri.Allah berfirman:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang telah melupakan Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa diri mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah

orang-orang yang fasik dan durhaka.

Surah al-Hasyar ( 59 : 19 )

Ramadhan tak obahnya bagaikan sebuah pesanteren terbuka yang mendidik, membimbing dan mengajarkan manusia bahwa hidup yang bahagia, mulia dan bermarwah adalah mengenal diri dan mengembangkan jatidiri. Sesungguhnya kebahagian, kemulian dan harga diri manusia hanya terletak pada jatidiri dan integritas pribadinya. Jika manusia ingin menjadi bahagia dan mulia dengan menampalkan sesuatu pada dirinya berupa pangkat, harta dan penghormatan, maka ia akan menjadi sehina-hina makhluk tatkala semua yang ia miliki hilang dan berakhir. Semangat Ramadhan mengingatkan kita pentingnya berjiwa besar untuk melakukan hal-hal yang besar. Orang yang berjiwa besar sangat sadar dengan keterbatasan dirinya dan sanggup secara satria mengakui kelemahannya. Mengakui kelemahan diri sendiri akan menjadikan kita kuat karena kita sentiasa akan berusaha memperbaiki segala kelemahan serta dapat melihat, menghargai dan mempelajari kelebihan orang lain, guna mencapai keperibadian yang komfrehensih, Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Hamid Sulayman bahwa: “Krisis keperibadian bermula dari kerisis pemikiran yang pada puncaknya akan mengarah kepada krisis moral ummat”

Kita mesti menyadari bahwa: dunia Islam hari ini diselimuti awan mendung dan ditutupi kabut duka, karena Jiwa kerdil, pikiran sempit, sensitif, rakus, egoistik, hilang rasa malu, bangga dengan yang haram, iri hati dan hasad dengki, tidak berwawasan, suka berangan-angan dan sarat dengan agenda dan kepentingan pribadi yang menjadi penyebabnya, bahkan sifat-sifat ini menjadi hal yang umum bagi masyarakat kita. Sesungguhnya sifat-sifat negatif dan destruktif ini hanya akan menjadikan manusia tidak optimal dan maksimal dalam memanfaatkan segala anugerah yang ada, sehingga hidup menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Jika agenda perjuangan manusia hanya bersifat pribadi atau sekedar memenuhi tuntutan dan kepentingan pribadi, maka manusia akan hidup dengan jiwa yang kerdil, agenda yang kecil dan tidak prihatin kepada nasib orang lain. Semua ini tentunya sangat bertentangan dengan fitrah manusia, ajaran Islam dan materi yang diajarkan oleh pesantren ramadhan.

Sesungguhnya jika kita mau dan secara sukarela melihat kepada diri kita sendiri, kita akan menemukan banyak potensi diri kita yang belum kita eksplorasi dan eksploitasi untuk membina hidup yang kontributif dan kualitatif. Banyak potensi diri kita dan kelebihan (advantages) serta bakat (talent) yang terabaikan, terbiar dan terlupakan, karena kita lupa diri, suka meniru dan mudah hanyut dalam angan-angan. Sesungguhnya bulan Ramadahan adalah bulan kekuatan bukan kelemahan, bulan muhasabah ( self criticism ) dan penggalian potensi diri bukan bulan memuji diri (self praising ) dan berbangga diri, bulan kerja keras dan aktualisasi program, bukan bulan intirahat dan kemalasan, bulan kontemplasi dan intuisi bukan bulan tidur dan angan-angan, bulan prestasi dan bukan bulan kegagalan, bulan ukhuwah dan toleransi bukan bulan permusuhan dan peperangan, bulan ibadah dan pengabdian bukan bulan dosa dan kemaksiatan.

Siapa yang beramal soleh, dari lelaki atau perempuan, serta beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik; dan sesungguhnya kami akan membalas amal mereka, dengan

memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan.

Surah an-Nahl ( 16 : 97 )

Pengenalan dan pengembangan jatidiri dapat kita capai jika kita benar-benar mau berusaha mengenal, memahami, melihat dan menilai diri kita sendiri. Pengembangan jatidiri kita dapat terlaksana dengan baik jika kita dapat memahami kehadiran dan keberadaan Ramadhan sebagai sebuah pesanteren terbuka ataupun sebuah pusat pendidikan dan pelatihan ( training center ) untuk mengenal, mendidik, menempa dan membina diri dan jiwa kita yang selalu inginkan perbaikan dan peningkatan kualitas. Dengan jatidiri yang baik, fitrah yang murni, hati yang bersih, spiritual yang cerdas semangat waja, cinta yang tulus dan murni kepada Allah dan akhlak yang mulia kita dapat mencapai kehidupan yang Islami, damai, penuh keimanan, istiqomah dan selamat di dunia dan di akhirat.

Memilih Seorang Pemimpin


Hidup adalah pilihan, yang menuntut setiap orang yang masih hidup untuk membuat pilihan dalam hidupnya. Jika hidup adalah bergerak, dan bergerak berarti maju, tentunya setiap orang wajib membuat pilihan tentang apa yang mesti dan apa yang tidak boleh ia kerjakan. Setelah membuat pilihan tentang apa yang mesti ia kerjakan, ia juga dituntut untuk memilih mana yang lebih utama yang mesti dikerjakan dalam bentuk skala prioritas dan keutamaan. Sebagai contoh; dalam kehidupan sehari-hari seseorang mesti memilih antara duduk atau berdiri, berdiri atau berjalan, tidur atau bekerja dan lain-lain. Ahli hikmah berkata: ”sesungguhnya hidup ini adalah rantai pembuatan keputusan”. Secara hakikat, sesungguhnya, keberadaan manusia di dunia ini adalah khalifah yang memimpin dunia dengan segala kebijaksanaan yang dimiliki. Kebijaksanaan setiap individu biasanya diukur dengan cara dan bagaimana seseorang membuat keputusan dalam hidupnya. Apakah keputusan tersebut dapat dianggap baik dan tepat karena sangat sesuai dengan tempat, keadaan dan waktu, serta berpihak kepada kepentingan orang banyak ataupun sebaliknya.

Dalam membuat sebuah keputusan, terutama dalam meletakkan pilihan, tentunya seseorang dituntut untuk memiliki beberapa hal penting yang menjadi pra-syarat baginya dalam membuat sebuah keputusan yang dianggap tepat dan bijaksana, terutama untuk memilih seorang pemimpin yang akan menjadi panutan dan figur bagi rakyak dan seluruh elemen masyarakat. Hal-hal tersebut adalah;
1. Kematangan pola pikir yang dapat diukur dengan tingkat pendidikan yang diperoleh, atau pengalaman yang dimiliki melalui sekolah alam yang terbentang luas di hadapan kita. Membaca setiap fenomena dan mencermati setiap gejolak yang terjadi, serta mencari hikmah dari setiap peristiwa.
2. Kematangan jiwa atau psikologis, yang oleh mayoritas penduduk dunia meletakkan usia 21 tahun sebagai usia minimal untuk dapat dianggap layak ikut serta dalam proses pemilihan. Pada sisi lain, di Indonesia, usia 17 tahun ditetapkan oleh undang-undang sebagai batas minimal usia untuk memilih, yang tentunya perlu kita pertanyakan kembali, karena beberapa hal yang menjadi pertanyaan utama terhadap hal ini tentunya masih sukar untuk dijawab. Kematangan apakah yang dimiliki seseorang pada usia 17 tahun? Apakah ia sudah terbebas dari rasa suka atau tidak suka dalam membuat ( like or dislike basis ) pilihan? Wajarkah seseorang yang berusia 17 tahun ikut andil dalam menentukan siapakah pemimpin negara? Bukankah partisipasi seseorang yang berusia 17 tahun dalam memilih pemimpin negara secara defacto adalah partipasi nyata dalam mengatur dan mengurus negara? Wajarkah bila pilihan seseorang yang berusia 17 tahun senilai dengan pilihan seorang Profesor yang kaya dengan ilmu dan luas dengan wawasan?
3. Informasi yang cukup dan konkrit tentang hal-hal atau orang-orang yang diputuskan untuk dipilih. Hal ini dapat diukur dengan kadar pengetahuan tentang hal-hal berikut; Apakah kita sudah mengetahui latar belakang para calon secara jelas dan pasti? Apakah mereka bersih dari skandal dan kriminal ataupun penyelewengan moral lainnya? Bagaimanakah kiprah dan performance mereka sekarang? Sudahkah secara tepat kita dapat memprediksi sepak terjang mereka pada masa yang akan datang? Tanpa informasi yang lengkap tentunya kita akan sama dengan orang yang hendak mengenal gajah dalam kegelepan, atau membeli kucing dalam karung. Keputusan kita akan selalu salah dan membawa penyesalan yang berkepanjangan.
4. Pemahaman yang baik tentang roda zaman. Setiap zaman memiliki karekteristik yang tersendiri baginya, yang menjadi nilai utama pada zaman tersebut. Tuntuntan zaman dan budaya hidup tentunya sangat mempengaruhi kita dalam membuat keputusan. Di zaman penjajahan kita perlukan seorang pahlawan dan kesatria yang berani bertempur di medan laga. Di zaman perjuangan kemerdekaan kita perlukan tokoh karismatik yang dapat menghimpun semua kekuatan bangsa, dan di zaman kemerdekaan kita perlu seorang pemimpin yang futuristik, inovatif, kreatif, profesional dan agamis.

Kemerdekaan yang telah kita nikmati selama 57 tahun lamanya dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih memperihatinkan, tentunya sangat erat hubungannya dengan kualitas kepemimpinan bangsa yang kita miliki hari ini. Sesungguhnya kualitas kepemimpinan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas rakyat dan elemen masyarakat yang menentukan pilihan mereka dalam memilih para pemimpin bangsa pada semua level kepemimpinan yang ada. Jika rakyat tersalah pilih tentunya mereka harus membayarnya dengan kemunduran, kemiskinan dan keterbelakangan yang tragis dan nyata. Demokrasi yang berkualitas hanya akan terwujud apabila proses pencerdasan bangsa berjalan secara konsisten dan berkualitas, sehingga kita tidak selalu berada pada posisi darurat dalam membuat pilihan yang sangat krusial bagi masa depan bangsa dan negara.

Adalah sesuatu yang sangat ironi dan menyedihkan apabila kita lihat secara dekat dan melakukan komparasi nyata terhadap cara dan kiat masyarakat Barat dalam memilih pemimpin mereka. Perbedaan ketara dan absensi prinsip serta nilai-nilai murni, agama serta moral dalam kehidupan masyarakat Barat, tidak menjadikan mereka masyarakat yang buta nilai-nilai murni sehingga mereka memilih pemimpin mereka secara membabi buta. Masyarakat Barat memang menghadapi dekadensi moral dalam skop kehidupan keluarga dan masayarakat, tetapi mereka tak pernah rela untuk dipimpin oleh orang-orang yang memiliki cacat moral dan tidak memiliki kredibilitas keperibadian. Senator Garry sebagai contoh, adalah calon terkuat untuk menjadi Presiden Amerika, ternyata harus mundur, karena masyarakat Amerika secara mayoritas menolak pencalonannya yang terlibat skandal dengan seorang wanita. Hal yang sama juga terjadi di Jepang dan beberapa negara lainnya, padahal hal tersebut sangat sering kita abaikan dalam memilih seorang pemimpin walaupun kita sering mengaku sebagai masyarakat yang beragama. Hal tersebut sering kita anggap remeh dan bersifat pribadi yang tidak perlu kita campuri. Adalah ironi dan sarkastik sekali, apabila masyarakat yang menghadapi masalah moral, tetapi tak ingin dan tak rela dipimpin oleh orang yang memiliki masalaha moral, sementara kita, yang selalu berbangga dengan klaim agama dan moral, namum secara defacto rela dan ikhlas untuk dipimpin oleh seseorang yang memiliki masalah moral dan etika.

Dalam memilih pemimpin masyarakat Barat secara umum telam memiliki semua pra-syarat yang tersebut di atas, sehingga selalu membuat pilihan yang tepat dalam memilih pemimpin mereka. Setiap pemimpin yang mereka pilih adalah orang-orang yang cerdas, berpendidikan tinggi, kompetibel, inovatif, variatif, berwawasan luas, nasionalis dan patriotik, artikulatif dalam menyampaikan maksud dan pendapat serta komunikatif dalam hubungan sosial bersama masyarakat. Pemilihan yang tepat ini menjadikan masyarakat Barat menuai kemajuan demi kemajuan karena setiap pemimpin dengan keahliannya yang tersendiri membawa perubahan dan pembangunan yang berarti bagi negaranya. Pada sisi lain bangsa kita secara umum tidak memiliki kualitas yang tersebut di atas secara sempurna. Kita masih memilih berdasarkan rasa suka atau tidak suka dan dasar prinsip ekonomi; menguntungkan atau tidak, dan sangat jauh dari prinsip benar atau salah, baik atau buruk. Tingkat usia yang masih dini, wawasan dan ilmu yang terbatas serta terbatasnya calon yang akan dipilih telah membuka pintu eksploitasi bagi sebagian orang yang haus kekuasaan. Money politic atau politik uang dan propaganda lainnya serta janji-janji politik menjadi strategi yang dianggap jitu dalam meraih suara.

Masyarakat Barat memberikan nilai yang tinggi dan appresiatif terhadaf akurasi, validitas dan objektivitas visi dan misi setiap calon, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kemenangan setiap calon pada setiap pemilihan. Namun kita yang memilih berdasarkan rasa suka atau tidak suka, tidak dapat memahami signifikansi visi dan misi seseorang secara jelas dan akurat. Sehingga terkesan bahwa, sebagian orang terpilih menjadi pemimpin walaupun tidak memiliki visi dan misi yang jelas dan baik. Rasionalisasi manifesto bagi masyarakat Barat adalah sesuatu yang wajib dalam menilai program kerja seorang calon, namun hal tersebut bagi kita, adalah hal yang kurang berguna tak lebih dari sekedar tinta diatas kertas semata.

Faktor agama juga sangat mempengaruhi masayarakat Barat dalam memilih pemimpin, hal tersebut, terlihat dengan jelas dalam pemilihan George W Bush yang menang dalam pemilu yang lalu karena mendapat dukungan gereja dan tokoh agama, namun kita mengalami hal yang sebaliknya. Para calon pemimpin yang mendapat dukungan masjid dan tokoh-tokoh agama sering mendapat kekalahan karena dukungan mereka, kurang berarti di mata sebagian masyarakat kita, justru mereka yang tidak mendapat dukungan dari tokoh agama sering terpilih sebagai pemimpin.

Secara jujur kita harus mengakui, bahwa selagi kita tidak merubah pola pikir dan budaya politik kita dalam membuat sebuah pilihan tentunya, kualitas demokrasi dan kepemimpinan kita juga tentunya sukar untuk berubah. Hanya masyarakat yang bijak yang dapat membuat pilihan bijak dalam memilih pemimpin mereka. Semakin cerdas bangsa kita membuat pilihan maka semakin berkualitaslah demokrasi yang miliki dan amalkan, serta semakin berkualitaslah barisan kepemimpinan bangsa yang kita miliki. Pepatah Melayu lama menyatakan: Hanya Jauhari Yang Kenal manikam atau hanya ahli permata yang mengenali permata yang paling mahal dan berharga. Hanya rakyat yang bijaklah yang mengenali pemimpin bijaksana yang menjadi harapan bangsa dan negara. Semuanya bermula dari kesadaran dan pengakuan, untuk menuju sebuah perubahan yang kita dambakan bersama. Wallohu A’lam.

• penulis adalah Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Dumai ( FKUB )
• Staf Ahli Walikota Dumai

SAMBUT IDUL ADHA DENGAN KOMITMEN KEAGAMAAN

Idul Adha atau hari raya kurban adalah hari besar Islam yang dirayakan oleh ummat Islam seluruh dunia, sebagai sebuah ungkapan dan manifestasi nyata dari sebuah semangat keagamaan yang mendalam. Semangat keagaaman ini muncul dari sebuah keyakinan yang kuat dan kokoh bahwa nilai keimanan seorang hamba dinilai dari tahap ketaatannya dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kemampuan seorang hamba dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar sangat ditentukan oleh tahap pengorbanan yang mampu dilakukan. Untuk melaksanakan kebajikan seseorang mesti mengorbankan sifat ego centris yang ia miliki, sehingga ia sanggup mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain untuk mencapai ridho Allah. Pada sisi lain, kemungkaran atau maksiat hanya dapat dilakukan apabila seseorang sanggup mengorbankan hawa nafsu dan keinginan sesaat yang ia miliki, demi kebaikan dunia dan akhirat yang lebih pasti.

Atas nama Ketua Forum kerukunan Ummat Beragama FKUB Kota Dumai, saya mengajak Ummat Islam untuk menyambut Idul Adha 1428 ini dengan semangat dan komitmen keagamaan dan khidmad masyarakat atau pelayanan sosial yang lebih baik. Tiada kesuksesan berarti yang dapat dicapai dalam kesendirian, karena kemampuan dan potensi individu dangat terbatas, serta bersifat inter-dependent atau saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Apalah artinya memiliki jika kita tak mampu memberi. Keimanan seorang mukmin dapat dianggap benar jika ia dapat merasakan bahwa memberi kepada sesama jauh lebih nikmat dari menerima. Dengan memberi kepada sesama, hidup kita akan lebih berarti dan bermakna, karena kebahagian hidup ada pada memberi bukan pada memiliki, walaupun sedikit yang mampu kita berikan.

Dalam kehidupan berbangsa kita mesti menyadari bahwa kemiskinan dan keterbelakangan serta keterbatasan akses masa depan masih menjadi warna dominan pada kehidupan bangsa kita. Kemiskinan menjadi potret nyata yang ada di sekeliling kita, ketikberdayaan juga menjadi pemandangan yang jelas di depan mata. Sesungguhnya mereka sangat jauh dari perubahan yang diharapkan tanpa adanya keperihatinan dan uluran tangan mereka yang lebih beruntung dan memiliki kelebihan. Idul Adha mengajak dan mengajarkan kita untuk berusaha secara maksimal untuk mengorbankan sifat bakhil, kikir dan tamak serta sifat-sifat mazmumah lainnya yang selalu mendorong seseorang untuk bersikap bakhil, tamak dan matrealistis. Menghapus air mata mereka yang berada dalam duka dan tidak berdaya adalah karateristik utama insan yang bertakwa, karena ia dapat merasakan kesedihan orang lain dan dapat pula bergembira atas kebahagian dan kesuksesan orang lain.

Dengan Idul Adha kita dituntut untuk membuang dan mengorbankan prilaku buruk kita, yang sering bangga dengan kekayaan kita walaupun berada di tengah masyarakat miskin yang tak berdaya, atau merasa hebat dengan kepintaran dan kepandaian padahal kita kita dikelilingi oleh mereka yang kurang berendidikan, bahkan terkadang kita sering merasa mulia dengan pangkat dan nama padahal kita berada di tengah-tengah masyarakat lemah yang tidak berdaya. Prilaku ini menjadikan bangsa kita yang besar ini menjadi manusia kerdil yang kurang berarti.