Senin, 29 Desember 2014

MUI DUMAI SUKSES LAKSANAKAN BENGKEL KHUTBAH



Bertempat di aula STT Dumai, pada hari Kamis 25 Desember 2014, MUI kota Dumai melaksanakan Workshop sehari berupa bengkel khutbah yang diikuti lebih dari 125 orang peserta yang terdiri dari 65 orang muballigh dan 60 orang imam masjid dan ghorim. Bengkel ini menghadirkan tiga narasumber utama; Prof, Alaidin Koto, Lukman Syarif, MA. dan H. Abdul Somad, MA. yang tampil secara bersamaan dengan sistem panelis. Acara ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Majelis Ulama Indonesia Kota Dumai terhadap kondisi ummat dan fenomena dekadensi moral yang ada di depan mata serta kualitas dan efektitas dakwah Islamiyah di Kota Dumai. MUI Kota Dumai juga menyaksikan betapa derasnya tantangan modernisasi dan aspek negatif dari globalisasi terhadap upaya dakwah dan perbaikan ummat Islam dari segi kualitas dan sumbangsih dalam membangun sebuah peradaban yang Islami dan progresif.
MUI Kota Dumai sebagai bagian dari ummat Islam juga turut merasakan besarnya tantangan yang dapat menghadang perjalanan ummat, sehingga dianggap sangat perlu dan urgen untuk melaksanakan evaluasi dan revitalisasi pada pelaksanaan khutbah jum’at  di Kota Dumai, karena khutbah jum’at adalah elemen penting dalam agenda perubahan ummat yang berfungsi sebagai media kontrol sosial. Lukman Syarif, MA. ketua MUI Dumai dalam sambutannya menyampaikan bahwa paradigma ummat dan sebagaian khatib terhadap esensi khutbah telah beralih menjadi rutinitas setiap hari  jum’at yang berfungsi sebagai penyempurna rukun khutbah semata. Dalam pemaparannya Lukman Syarif yang juga tampil sebagai pemateri kedua menyatakan  dengan jelas bahwa arti dan esensi khutbah jum’at tidaklah sesederhana itu, karena sesungguhnya Khutbah jum’at adalah diroosah ‘Aammah, Usbu’iyah                ( proses pembelajaran umum yang bersifat mingguan ) bagi ummat Islam, sebagai sebuah proses pembelajaran umum dan sebuah koreksi sosial terhadap segala bentuk ketimpangan pada kehidupan sosial-religi dengan segala dimensi kehidupan ummat, serta sebuah upaya nyata dan berterusan bagi terwujudnya ummat terbaik secara nyata.
H. Abdul Somad sebagai pemateri pertama, dalam pemaparannya menyatakan khutbah jum’at memiliki nilai dan makna yang strategis pada kacamata syariat Islam dan proses pembangunan bangsa, sehingga upaya mengabaikan sholat jum.at adalah sebuah perbuatan yang sangat salah dan merugikan. Pemahaman yang benar tentang konsepsi khutbah jum’at menurut syariah dapat menyelamatkan para khatib dari beberapa masalah khilafiyah dan kesalahan mendasar ataupun kesalahan ringan yang mungkin sering terjadi. Prof. Alaidin Koto dalam pemaparannya menegaskan pentingnya penguasaan data yang berhubungan dengan ummat sehingga para khatib benar-benar memahami permasalahan yang sedang di hadapi ummat dan dapat tampil dengan solusi-solusi yang mudah dan sederhana.
Acara ini diikuti oleh seluruh peserta dengan sangat antusias, yang menurut Alaidin Koto, bahwa bengkel khutbah ini termasuk acara workshop yang terbaik yang pernah beliau hadiri sebagai narasumber, karena pada acara yang panjang dari jam 08.00 Pagi sampai dengan jam 16.00 Wib keseluruhan peserta masih terus mengikutinya dengan serius, bahkan beberapa peserta terlihat dengan keras berusaha melawan rasa kantuknya ketika acara dilanjutkan setelah makan siang dan sholat  zuhur. Banyak pertanyaan dan tanggapan langsung yang disampaikan oleh para peserta kepada para narasumber yang memberikan indikasi bahwa para peserta menyimak dan mengikuti pemaparan para narasumber.  Untuk menambah semarak dan meriahnya acara bengkel ini MUI kota Dumai memberikan kuis berhadiah buku, yang mengharuskan peserta yang ingin mendapat hadiah buku untuk menjawab pertanyaan dari salah satu panelis. Di sela-sela waktu makan siang beberapa peserta menyampaikan kepada Ketua MUI Dumai bahwa acara ini sangat baik dan berguna karena menampilkan tiga narasumber dengan sisi pandang dan kelebihan serta aspek penekanan yang berbeda.  Prof. Alaidin dengan ketajaman analisanya, Lukman Syarif, MA. dengan pemahaman realita dan kata hikmahnya, serta Abdul Shomad, MA. dengan pemahaman tekstualnya, sehingga ketiga nara sumber dapat saling melengkapi dan memperkaya pembahasan materi. Tanggapan yang sama juga disampaikan oleh peserta lainnya ketika acara ramah tamah usai penutupan acara. Pada penutupan acara Ketua MUI Dumai sekali lagi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Walikota Dumai dan seluruh aparaturnya, Para narasumber, Ketua Yayasan STT Dumai dan para peserta serta seluruh panitia.

MUI KOTA DUMAI AJAK GURU MUSLIM TINGKATKAN DEDIKASI DAN BANGUN KEPRIBADIAN ISLAMI



Bertempat di ruang serba guna SMA 2 Dumai, pada hari Minggu 28 Desember 2014 MUI Kota Dumai melaksanakan seminar pendidikan Islam untuk guru-guru yang beragama Islam. Acara seminar ini menghadirkan dua narasumber; Lukman Syarif, MA. Dan Drs. Kamarudin, serta Melliana, ST. MM. Sebagai moderator,  yang alhamdulillah telah diikuti lebih dari 65 Orang peserta yang keseluruhannya terlihat sangat bersemangat dan antusias selama mengikuti acara seminar. Seminar pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh MUI Kota Dumai dapat dianggap sebagai seminar yang baru yang patut untuk dikedepankan agar dapat mewarnai dan memberikan sumbangsih pada proses pengembangan pendidikan dan peningkatan kualitas anak bangsa. Berkaca pada kenyataan hari ini MUI Kota Dumai merasa sangat terpanggil dan tersentuh menyaksikan sebagian generasi muda Muslim yang cenderung bersikap malu tampak miskin tapi tak malu tampak bodoh, malu tak tampak cantik tapi tak malu tak tahu apa-apa, bosan susah buru-buru mau kaya, hidup dengan budaya instan dan cenderung tanpa usaha, tak pandai bersyukur dan selalu lupa berterimaksih, miskin cita-cita tapi tinggi angan-angan.

Seminar ini dilaksanakan untuk mengangkat esensi pendidikan dalam kacamata Islam sebagai sebuah upaya murni untuk  meningkatkan kualitas kehidupan ummat yang bernuasa ibadah dan pengabdian. Lukman Syarif, MA. Ketua MUI Dumai dalam pemaparannya mendefinisikan pendidikan Islam sebagai sebuah proses penanaman nilai dan norma dengan mempengaruhi anak didik  dengan berbagai pengaruh positif dan edukatif yang dipilih secara selektif dan afirmatif untuk membantu pertumbuhan anak didik menjadi generasi harapan ummat. Pendidikan dapat dianggap sebagai sebuah proses demokratisasi tingkat tinggi, karena pendidikan adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, melahirkan sebuah generasi Islami yang siap menjadi agen perubahan pada kehidupan ummat, berbangsa dan bernegara, dengan melahirkan para pemimpin Islami yang berkualitas dan penuh rasa pengabdian kepada ummat dan agama. Lebih lanjut Lukman Syarif, menyatakan bahwa tugas seorang guru Muslim adalah mengajarkan anak didik tentang data, realita dan fakta serta lingkungan dan tantangan zaman yang mereka hadapi, kemudian pembentukan kepribadian dengan melakukan koreksi menyeluruh terhadap perilaku anak didik, dan pemahaman tekstual yang baik serta penguasaan hikmah atau kebijaksanaan yang memadai sebagaimana terpatri pada intisari ayat 164 surah Ali Imran.

Pada pemaparan kedua Drs. H. Kamarudin meyampaikan bahwa sekolah dan pendidikan hari ini bukan saja menuntut para guru untuk menyempurnakan tugas dan tanggungjawab mereka dalam mencetak setiap anak didik menguasai  baca tulis dan menghitung, malah menguasai pengetahuan dan keahlian-keahlian baru serta akhlak yang mulia. Oleh sebab itu tugas dan tanggungjawab serta komitmen guru haruslah bertambah dan meningkat  dari sebelumnya dan ini sudah tentu memerlukan satu sikap baru dan 'pandangan baru' dalam menempuh kesuksesan pendidikan secara keseluruhannya. Sikap negatif sebagian guru Muslim yang kurang peduli dengan akhlak dan kepribadian siswa, serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, dapat menghambat proses pengembangan generasi muda Muslim, serta peningkatan kualitas anak bangsa. Sesungguhnya menjadi guru yang efektif, penuh keteladanan dan  sekolah yang berpengaruh, prestasi pendidikan yang sukses dan cemerlang bukan suatu yang mustahil untuk dicapai. Syarat yang utama adalah kesiapan dan kesanggupan guru-guru mengubah paradigma, mengubah pola berfikir, merevisi sikap dan pola tindak serta berusaha dengan gigih untuk menjadi guru yang profesional dan tidak mudah patah semangat, serta selalu mengedepankan etika dan keteladanan, serta jauh dari hal-hal yang bersifat matrealistis dan hedonis.
                                                                       
            Pada sesi tanya jawab lukman Syarif menyatakan bahwa; Kelemahan dan kegagalan murid adalah manifestasi dari kelemahan dan kegagalan para guru. Semua guru Muslim bertanggung jawab sama terhadap akhlak dan keagamaan para siswa dengan tanpa membedakan bidang studi yang mereka ajar karena Islam tidak mengenal dikotomi dalam pendidikan. Guru yang profesional senantiasa menunjukkan ciri-ciri kekuatan ilmu dan bertingkah-laku dengan keluhuran etika kerja serta mempunyai kefahaman yang jelas dan mendalam, kesungguhan dan komitmen yang tinggi pada penyelesaian tugasnya di sekolah. Guru yang berjiwa tangguh tidak mudah mengaku kalah dalam kerjanya, dan mempunyai sikap optimis dalam semua tindakan, serta siap belajar dari kesalahan dan kelemahan. Seminar ini diakhiri dengan kuis berhadiah buku-buku agama yang disambut riang dan semagat oleh para peserta seminar, serta ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kota Dumai, Kepala Sekolah  SMA 2 dan seluruh jajarannya.


Selasa, 09 Desember 2014

SEMINAR MOTIVASI DAN BIMBINGAN REMAJA MUI DUMAI SENTUH GENERASI MUDA DI SMKN 4 KECAMATAN SUNGAI SEMBILAN




Remaja adalah aset termahal yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kualitas dan keberadaan remaja Muslim hari ini adalah gambaran masa depan ummat hari esok, maka segala bentuk kemunduran pada sisi kepribadian remaja dalam bentuk akhlak dan prilaku serta pola pikir dan wawasan keilmuan adalah sebuah potret buram dan kelam akan kehidupan Islam di masa depan. Krisis moral dan tingginya angka kehamilan luar nikah serta budaya cuek dan kurang pandai berterimakasih terutama kepada orangtua adalah sebuah kenyataan pahit dan realita mengigit yang ada di depan mata kita, yang tidak patut untuk kita abaikan begitu saja, karena orang yang tak peduli pada urusan ummat Islam bukanlah bagian dari mereka, sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah saw. 1435 tahun yang lalu. Berkaca dan membaca fenomena di atas, MUI Kota Dumai dengan segala kekurangan dan kelemahannya melaksanakan seminar motivasi bimbingan remaja putri di SMKN 4 Kec. Sungai Sembilan yang di ikuti oleh 72 orang siswi pilihan. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang perpustakan dan ruang multi fungsi SMKN 4.
Lukman Syarif, MA. Sebagai pemateri utama menyampaikan pesan penting kepada para peserta bahwa sebuah seruan perubahan untuk hidup yang lebih baik tanpa keteladanan adalah sebuah kegagalan yang disengaja, jika seorang remaja Muslim gagal merencakan hidupnya dengan baik, maka sesungguhnya ia telah dengan sengaja merencanakan kegagalannya. Sesungguhnya rahasia kesuksesan Nabi Muhammad saw adalah keteladanan yang beliau tunjukkan kepada seluruh sahabatnya, yang kemudian meneladani rasulullah dengan sepenuh hati dan jiwa. Remaja Muslim hari ini adalah pemimpin hari esok yang mesti berusaha membentuk diri mereka menjadi pribadi yang baik, utuh dan figur pembawa harapan ummat dengan selalu berusaha untuk menyatukan, niat, kata-kata dan perbuatan mereka. Kita hidup hanya sekali maka hiduplah yang berarti, maka setiap masa yang berlalu sia-sia dalam hidup kita tak akan pernah kembali dan tak dapat ditukar ganti.
Lebih lanjut Lukman Syarif, menyatakan; Jika Manusia hidup, hewan juga hidup dan tumbuh-tumbuhan  juga hidup, patutlah setiap remaja Muslim bertanya pada diri mereka,  Apakah bedanya manusia dan hewan dalam kehidupan nyata secara makna, nilai dan hakikat? Manusia hidup untuk menabur jasa kepada seluruh makhluk terutama kepada ummat Islam dan agama, karena pisang pun tak ingin mati sebelum berjasa dengan buahnya walaupun berkali-kali ditebang oleh manusia. Anak sholeh patut belajar dari lalang, karena anak lalang yang runcing lebih melawan dari induknya, maka anak sholeh dan sholehah adalah anak yang dapat tampil dan tumbuh lebih baik dari kedua orangtuanya. Pada sesi kedua Melliana, ST. MM. yang tampil sebagai pemateri pembanding  menjelaskan dengan gamblang bahwa remaja Muslim mestilah tangguh menghadapi semua permaslahan hidup, karena tiada hidup tanpa masalah, sehingga lari dari masalah bukanlah penyelesaian masalah. Pohon durian yang tahan menghadapi ujian hama dan cuacalah yang dapat tumbuh lama dan memberikan hasil yang baik. Generasi Muslim yang menjadi generasi harapan ummat adalah generasi Muslim yang tangguh seperti parang, tahan bakar, pukul, sepuh untuk menjadi parang yang tajam dan kuat, lebih baik patah daripada tumpul. Lailaturrahmah, S.Ag. sebagai moderator pada acara ini memberikan kesempatan yang luas kepada pada peserta untuk memberikan tanggapan dan pertanyaan yang disambut dengan antusias oleh para peserta. Pada penutup acara ini ketua MUI Dumai, menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Kepala Sekolah SMKN 4 dan seluruh Majelis Guru yang telah bekerjasama dengan MUI Kota Dumai dalam membina generasi muda Islam terutama remaja putri.

Kamis, 04 Desember 2014

Workshop Halal Dan Haram Perspektif Syariah


MUI DUMAI SUKSES          LAKSANAKAN WORKSHOP            “Konsepsi Halal dan Haram Perspektif Syari’ah”

           
 Sikap salah kaprah dalam memahami syariah ( hukum Islam ) adalah sebuah kesalahan fatal, yang hari ini cenderung dianggap lumrah dan biasa oleh sebagian ummat Islam. Halal dan haram cenderung dianggap sebagai sebuah aturan biasa yang boleh diikuti bila suka atau ditinggalkan dan diabaikan bila tidak suka, bahkan ada sebagiaan ummat yang berkeyakinan bahwa rezeki yang halal telah habis dan yang tersisa hanyalah rezeki yang haram semata. Sebagian ummat Islam ada yang bangga dengan harta yang banyak walaupun haram dan merasa malu miskin dangan harta yang sedikit yang diperoleh dengan cara dan hakikat yang halal, bahkan ada yang hidup dengan prinsip; kaya berarti mulia dan miskin berarti hina, sehingga cenderung menghalalkan semua cara. 

Menyikapi kenyataan di atas MUI Kota Dumai dengan keprihatinan yang mendalam terhadap masa depan ummat serta pentingnya upaya penyelamatan generasi muda agar tidak terjebak dalam pola hidup dan pola pikir yang cenderung materialistis, konsumtif dan permisif dengan prilaku menyimpang dan kebiasan buruk dalam mencari rezeki dengan menghalalkan semua cara untuk mendapat rezeki. Bosan susah dan buru-buru mau kaya. Workshop ini dilaksanakan, di Bukit Batrem Kec. Dumai Timur pada hari Rabu 3 Desember 2014 yang diikuti oleh lebih dari 60 orang peserta yang mayoritasnya adalah generasi muda Islam. Para peserta terlihat senang dan antusias mengikuti workshop dengan memberikan pertanyaan dan pandangan yang baik dan konstruktif.

Lukman Syarif, MA. Ketua MUI Dumai sebagai narasumber pada workshop ini menyapaikan bahwa; Penentuan halal & haram adalah hak prerogatif ( istimewa ) atau hak mutlak Allah swt. Sesungguhnya apa yang telah ditetapkan Allah halal, pastilah baik untuk manusia jika dipakai & dikonsumsi dengan baik dan sederhana, dan apa yang telah ditetapkan Allah haram pastilah buruk walaupun dipakai dan dikonsumsi dengan baik, karena apa yang Allah tetapkan sebagi sesuatu yang haram pastilah mudhorotnya lebih banyak dari manfaatnya. Lebih lanjut Lukman Syarif menegaskan bahwa setiap Muslim wajib percaya bahwa, rezeki yang halal tak akan pernah habis, dan selalu lebih banyak jika dicari dengan ilmu, usaha , doa dan tawakkal kepada Allah swt. Dengan ilmu dan keahlian, hidup kita akan menjadi lebih mudah karena ilmu membuat sesuatu yang susah menjadi mudah, dengan doa dan tawakkal pula rezeki kita akan menjadi berkah. Sikap mudah putus asa dalam mencari rezeki yang halal terutama kita berhadapan dengan masalah bukanlah sifat seorang Muslim yang baik, karena Allah swt menjadikan segalanya dengan dua sisi yang seimbang, sehingga pada setiap musibah ada rahmat dan peluang dan pada setiap nikmat ada musibah yang patut diwaspadai.

Pada sesi tanya jawab, Lukman syarif, dalam menjawab pertanyaan salah seorang peserta tentang hukum menikmati hasil usaha yang dimulai dengan harta atau modal yang haram, menggunakan analogi sederhana, dengan menyatakan bahwa; hidup ini seperti aliran sungai, bila keruh di hulu maka ia akan keruh juga sampai ke hilir. Bila ia jernih di hulu maka ia akan jernih juga sampai ke hilir, walaupun ia mungkin keruh di tengah tetapi akan jernih juga akhirnya. Muslim yang baik akan selalu berusaha menghindari rezeki yang haram karena rezeki yang haram hanya akan membuat hidup kita karam. Sesungguhnya apa saja yang datangnya tidak jelas perginya juga tidak akan jelas serta tidak akan meningggalkan bekas.
*** Rilis Ketua MUI Dumai; Lukman Syarif, MA.

Islam Dan etos Kerja



MUI DUMAI LAKSANAKAN MINI SEMINAR :                       ”ISLAM DAN ETOS KERJA”

Dalam rangka melaksanakan kiprah dan tanggungjawab Majelis UIama Indonesia dalam membantu pemerintah dalam mewujudkan peningkatan kualitas akidah dan akhlak penduduk yang beragama Islam di Indonesia sebagaimana yang termaktub dalam konsideran Peraturan Presidan Republik Indonesia Nomor 151 Tahun 2014 butir b. Tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan Majelis Ulama Indonesia , MUI Kota Dumai melaksanakan Mini seminar tentang Islam dan Etos Kerja yang diikuti lebih dari 75 orang peserta. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Mini STT Dumai  pada hari Minggu 30 November 2014.
Seminar ini menampilkan dua Narasumber Lukman Syarif, MA.  Dan Melliana, ST, MM. Kandidat Doktor Tekhnik Sipil USU Medan. Dalam pemaparan seminar ini Lukman Syarif menekankan pentingnya mengenali dan memahami  pekerjaan yang kita lakukan, karena dengan mengenali dan memahami kita akan menyukai dan menyenangi  dan yakin dengan apa yang kita kerjakan dan perjuangkan. Sesungguhnya manusia sangat terhibur mengerjakan pekerjaan yang paling berat sekalipun apabila ia menyukai pekerjaan tersebut, dan merasa sangat tersiksa dan tertekan dalam mengerjakan pekerjaan yang palin ringan sekalipun apabila ia tidak suka. Bekerja mestilah dengan niat yang tulus agar pekerjaan kita dapat berjalan dengan mulus, karena niat salah hanya akan membuat banyak pekerjaan kita menjadi kabur dan menyalah. Pekerja Muslim yang baik ataupun aparatur Muslim yang baik, mestilah mewaspadai diri dari sikap yang terlalu ambisius dalam berkarir dan mencapai tujuan, karena hal ini hanya akan menjadikan seseorang menjadi hilang prinsip dan integritas diri, karena cenderung memilih jalan pintas dan menghalalkan semua cara untuk mencapai maksud dan tujuan. Upaya bijak untuk mencapai tujuan dan memajukan diri adalah dengan meningkatkan kualitas diri dan kompetensi karena emas tetaplah mahal dan berharga walaupun berada di dalam lumpur.
Pada sesi kedua yang dipandu oleh moderator Lailaturrahmah, S. Ag., Melliana, ST, MM. sebagai narasumber kedua menekankan pentingnya cara berpikir dan cara pandang yang benar dalam bekerja. Seorang Muslim janganlah sampai terperangkap dalam pola pikir yang jumud atau statis dan kurang berwawasan, dengan cenderung berpikir pada tataran dasar suka atau tidak suka apalagi cenderung bertindak dengan pola pikir yang materialistis yang hanya terfokus pada untung dan rugi semata. Banyak orang dalam bekerja dengan menggunakan pola pikir yang sangat negatif dengan konsep black and white thingking, padahal warna yang ada di dunia tidaklah terfokus pada hitam dan putih saja. Jika seseorang berpikir, bahwa jika ia tidak mau menjilat  maka ia tidak akan mendapat promosi, sebagai contoh kasus dalam hal ini, maka orang ini akan cederung bertindak dengan lebih banyak lobi negatif dari pada aksi dan  kerja-kerja positif. Seminar ini di akhiri dengan sesi dialog dan Tanya jawab dari banya peserta yang mengikuti seminar dangan giat dan antusias.