Kamis, 03 Juli 2008

DOA UMMAT NYATA MUSTAJAB

DUMAI - Rencana masyarakat Dumai melakukan sholat Istiqasah (minta hujan), Selasa (26/2) di lapangan eks kantor walikota Jalan Subrantas akhirnya dibatalkan menyusul turunnya hujan pada Senin malam (25/2). Sholat Istiqasah kemudian diganti dengan bersujud syukur.
Sejak Selasa pagi, ribuan masyarakat sudah hadir untuk mengikuti sholat Istiqasah, mulai dari pelajar yang ada di kota Dumai, ratusan Pegawai Negri Sipil (PNS) dan Walikota Dumai Drs Zulkifli As, Wakil Walikota dr Sunaryo, Kepala Departemen Agama Drs H Zulkifli dan sejumlah pejabat satker di lingkungan Pemko Dumai turut hadi di lokasi acara. "Kita tak melakukan sholat minta hujan, hal ini disebabkan Senin malam Kota Dumai sudah diguyur hujan. Jadi diganti dengan sujud syukur," kata Kabag Protokoler, Kharil Adli di sela-sela acara tersebut.
Sebelum sujud syukur dilakukan, Staf Ahli Pemko Dumai, Lukman Syarif, MA dalam tausiyahnya mengatakan, setiap makhluk hidup di atas dunia berzikir memuji kebesaran-Nya. Namun karena
keserakahan dan ambisi manusia, membuat makhluk hidup seperti pepohonan, dibabat habis tanpa memperhitungkan segala aspek yang ada. "Secara langsung kita telah membunuh hak makhluk Tuhan tersebut dalam memuji-Nya. Dimana letak naluri kita sebagai khalifah di muka bumi ini," ujar Lukman.
Untuk itu, katanya, setiap umat manusia harus berubah ke arah yang lebih baik. Karena tanpa perubahan, setiap kemajuan yang akan diperoleh tak akan didapat. "Perubahan itu harus sesuai dengan garis-garis yang sudah ditentukan-Nya. Marilah kita jaga lingkungan kita ke depannya. Karena setiap langkah kita selalu dilihat Allah SWT," katanya.
Setelah melakukan tausiyah, Lukman Syarif menjadi imam dalam ibadah sujud syukur tersebut. Semua umat Muslim yang berada di sana turut sujud, tak terkecuali pejabat atau tidak. Karena semua manusia di sisi-Nya sama. *

Senin, 16 Juni 2008


NARKOBA: Musuh Kelas Dua, Bahaya Kelas Satu

Oleh

Lukman Syarif, MA

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dalam perkembangannya telah menjadi ancaman global yang melampaui batas negara, sehingga tak satupun negara di dunia hari ini yang berani membuat klaim bahwa negaranya bebas dari ancaman narkoba. Ancaman bahaya narkoba menempati urutan kedua setelah masalah terorisme internasional. Hal ini telah menjadikan masalah Narkoba dan terorisme sebagai musuh bersama dari negara-negara di dunia yang harus diperangi secara bersama-sama pula, dengan pendekatan yang lebih konfrehensif dan akurat.

Secara kasat mata kita dapat melihat bahwa di negara kita ini, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, merambah keseluruh sisi kehidupan masyarakat. Semula dalam masalah ini, banyak pihak menganggap Indonesia hanya sebagai tempat singgah (transit) semata, dalam mata rantai perdagangan dan peredaran gelap narkoba yang sangat terorganisir, untuk dijual kenegara lain. Namun dalam perkembangannya, ternyata Indonesia telah menjadi pasar utama bagi para bandar narkoba kelas internasional, yang dijalankan oleh orang-orang asing dan kaki tangannya secara sistematis dan terorganisir. Bahkan dalam perkembanganya kemudian, Indonesia telah menjadi tempat untuk memproduksi narkoba secara gelap dengan jumlah dan kapasitas yang sangat fantastis sekali.

Kita mesti menyadari bahwa, ancaman bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah berkembang sangat pesat dan telah mengguncang kehidupan keluarga, masyarakat, dunia pendidikan kita, dunia hiburan, bahkan kancah politik kita dalam berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, secara nasional sudah sangat memprihatinkan dan membahayakan. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahaya narkoba telah menjadi bahaya nasional yang telah mengancam dan mengganggu ketahanan nasional, bahkan menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dengan demikian, kepentingan nasional kita, yaitu mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka, bebas, dan sejahtera benar-benar berada pada posisi yang kabur dan terancam.

Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba adalah tanggung jawab mandatori kita bersama untuk mengupayakan pencegahan dan pemberantasannya, karena diri kita, keluarga kita, masyarakat kita dan bangsa kita semuanya berada pada posisi resiko tinggi terhadap bahaya tersebut. Narkoba tidak hanya ada di kota-kota, tetapi ia telah menyusup dan merambah sampai ke desa-desa terpencil seluruh Indonesia. Dalam upaya memaksimalkan program "Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)" sehingga mencapai hasil yang maksimum, maka peran serta masyarakat secara aktif adalah sangat diperlukan dan tidak menyerahkan secara bulat dan total kepada pemerintah semata. Segenap unsur organisasi masyarakat, termasuk, dai atau pendakwah, rohaniawan, tokoh masyarakat dan pendidik untuk melakukan suatu upaya sinergis yang komprehensif multidimensional untuk menyelesaikan hal tersebut. Upaya tersebut perlu dijalankan secara simultan melalui serangkaian kegiatan berbasis masyarakat, yang bersifat aplikatif dan akurat, dan bukan pendekatan teoritis semata.

Agenda Asing untuk menjadi Indonesia sebagai pasar utama mereka, dan sekaligus menjadi sebuah grand setting untuk menghancurkan bangsa kita, dapat dilihat dengan jelas melalui fakta-fakta sebagai berikut :

a. Dalam kaitannya dengan tindak pidana narkoba, telah divonis dengan hukuman mati tetapi belum dieksekusi sebanyak 7 orang WNI dan 10 orang asing yang terdiri dari 5 orang warga negara Nepal, 2 orang warganegara Nigeria, dan masing-masing 1 orang warganegara Angola, Zimbabwe, dan Pakistan.

b. Dari data BNN terungkap bahwa selama tahun 2001/2002, warganegara asing yang terlibat dalam tindakan pidana narkoba di Jakarta, Bali, Lombok, Bitung, Batam, dan Sabang adalah sebanyak 52 orang. Dari jumlah tersebut, 7 (tujuh) orang diantaranya ditangkap di Bandara Soekarno Hatta dalam upaya untuk meloloskan heroin masuk ke Indonesia.

c. Sedangkan, WNI yang melakukan tindak pidana narkoba di luar negeri dari tahun 1999-2001, menurut data BNN, adalah sebanyak 28 orang, dimana 25 orang diantaranya ditangkap karena kedapatan membawa sejumlah besar heroin atau cocain dengan tujuan Jakarta dari Peru, Chili, Equador, Argentina, Pakistan, dan Malaysia.

d. Selama tahun 2002, Demokrat Jenderal Imigrasi telah mendeportasi sebanyak 104 orang warga negara asal benua Afrika yang sebagian besar kedapatan overstay dan menyalah-gunakan izin tinggal serta ditengarai terlibat kasus narkoba. Sedangkan, dari Kantor Imigrasi Jakarta Pusat, telah dideportasi sebanyak 30 orang asing dari berbagai kebangsaan (10 orang diantaranya warga negara Kamerun) yang telah selesai menjalani hukuman di LP Salemba.

Dari fakta tersebut dapat diidentifikasi secara meyakinkan bahwa kemungkinan kewarganegaraan orang asing pengedar narkoba serta titik-titik yang dijadikan tempat masuk peredaran narkoba dan "prekursor" dari luar negeri ke Indonesia yang dilakukan (dibawa) oleh WNI dan WNA melalui TPI di bandar udara, pelabuhan laut, dan perbatasan darat yang merupakan pintu gerbang negara kita untuk wisatawan mancanegara. Apakah nasib bangsa kita akan kita biarkan hancur di tangan agen-agen asing yang secara sistematis telah mengubur masa depan anak bangsa kita sebelum ianya tumbuh dan berkembang? Kita mesti menyadari bahwa narkoba adalah; one way entry, no exit. Sekali terperangkap dunia hancur dan kehidupan menjadi sebuah perjalanan penuh derita yang takkan pernah berakhir.


GENERERASI MUDA GENERASI LALANG

Oleh

Lukman Syarif, MA

Ketika berusia belasan tahun, penulis pernah diajak bicara sang Ayah (almarhum ) dalam sebuah perjalanan ke sebuah kebun di Bagan Besar atau tepatnya di belakang Kantor Walikota sekarang. Ayah saya mengajukan sebuah pertanyaan yang agak berbeda bagi saya, dari beberapa pertanyaan yang pernah diberikansebelumnya. Apakah perbedaan yang paling nyata dan ketara antara induk lalang dan anak lalang yang biasanya tumbuh di beberapa tempat secara seporadis? Saya secara sepontan menjawab dengan lurus bahwa induk lalang lebih besar dan lebih tinggi dari anaknya. Namun Ayah saya ternyata belum puas dengan jawaban yang saya berikan. Ayah saya dengan kearifannya menyuruh saya membuka sandal yang saya pakai, lalu meminta saya untu menginjak induk lalang dan seterusnya diikuti dengan anak lalang. Setelah selesai mengerjakannya Ayah saya lalu bertanya lagi; Apakah perbedaan antara keduanya? Dengan agak berhati-hati penulis menjawab, bahwa perbedaan yang paling nyata antara keduanya adalah; induk lalang ketika dipijak mudah patah tanpa perlawanan, dan anak lalang dengan bentuknya yang runcing lebih melawan dan lebih mampu untuk bertahan. Ayah saya mengatakan benar dan bagus, namun intinya adalah anak harus beruhasa dengan sedaya upaya untuk menjadi lebih baik dari orangtuanya, tidak sekedar sama apalagi lebih buruk dan lemah dari mereka.

Dialog tersebut sangat berkesan dan memberikan pengaruh besar kepada penulis sampai hari ini, serta menjadi inspirasi dan motivasi kuat bagi penulis untuk lebih siap dan tekun menghadapi tantangan hari esok dan masa depan yang lebih menantang. Sesungguhnya perjuangan dan pengorbanan orangtua yang tak kenal lelah, bermandi keringat, dalam hujan dan panas, untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang sangat berat dan di luar kemampuan mereka, namun tetap mereka laksanakan dan pikul, untuk mewujudkan sebuah keinginan dan harapan besar yang mereka letakkan pada anak-anak mereka sebagai generasi harapan. Tembok kemiskinan yang berdiri kukuh di hadapan orangtua, dan jurang keterbatasan hidup yang selalu mengganjal langkah mereka tak mampu merubah keyakinan mereka yang terpahat indah di dalam dada bahwa mereka adalah para pahlawan tangguh yang berpantang surut dari medan laga, rela mengadai nyawa agar sang anak tumbuh dan membesar dengan jaya.

Sejuta harapan diletakkan oleh orangtua pada anak-anak mereka yang menjadi generasi penerus, generasi lalang, dan generasi harapan, untuk mencapai cita-cita dan keinginan yang mungkin tak mampu mereka capai dan raih dalam hidup mereka. Cita-cita pribadi, cita-cita keluarga, masyarakat dan bangsa yang secara nyata dan natural mereka amanahkan kepada anak-anak mereka. Dalam perjuangan ini terkadang orangtua kita harus terpinggir karena kemiskinan, terhina karena ketidakmampuan dan tersisih karena ketidakberdayaan. Banyak hal-hal yang mustahil telah dilakukan oleh Ayah dan Ibu kita dalam memenuhi keperluan kita karena sangat jauh dari kemampuan finansial yang mereka miliki. Ayah dan ibu kita tak pernah mengungkapkan kata penat dan lelah apa lagi untuk meminta upah kepada kita atas setiap perjuangan mereka.

Generasi lalang pantas menyadari bahwa setiap rupiah yang mereka terima adalah hasil dari setiap tetesan keringat orangtua yang rela membanting tulang siang dan malam. Berpanas-panas di siang hari dengan hujan keringat membasahi tubuh dalam mencari rezeki yang halal dan bermanfaat untuk sebuah cita-cita murni dan pengorbanan yang tiada henti. Sesungguhnya untuk membesarkan seorang anak sampai usia 5 tahun saja diperlukan biaya puluhan juta rupiah bahkan ratusan juta rupiah, guna memenuhi segala keperluan balita, bagaimana pula hal nya jika sepuluh atau dua puluh tahun sekolah dan kulliah mencari pekerjaan hingga mendirikan rumah tangga?

Generasi lalang tidak akan tega untuk bermain-main dengan keseriusan orangtua, atau bersenang-senang di bawah penderitaan mereka. Setiap anak mesti menyadari bahwa mereka sangat berutang budi kepada kedua orangtuanya. Generasi lalang tentunya akan berfikir bahwa, hutang tersebut sangat tidak wajar untuk dibayar dengan sikap cuek, hura-hura, dan hidup dengan liar tak peduli norma etika, serta pembangkangan yang berterusan ataupun sifat ego dan nekad tanpa kendali. Generasi lalang tentunya menyadari bahwa, setiap makanan yang mereka makan adalah jelmaan dari tetesan keringat yang membasahi tubuh orangtua yang tak terhingga jumlahnya. Jika mereka memakai pakaian yang baik, cantik dan mahal maka pakaian itu adalah tetesan keringat orangtua yang telah dijual untuk ditukar ganti dengan pakaian dan aksesoris yang dipakai. Tentunya sangat tidak pantas anak yang dibesarkan dengan penuh cinta kasih untuk menyiksa orangtuanya dengan kegagalan dan keruntuhan moral, apalagi untuk mengubur seluruh harapan dan cita-cita mereka dengan menjadi pencandu narkoba ataupun terlibat dalam prilaku seks bebas yang berakibat HIV/AIDS.

Menjadi pohon yang tumbuh dan membesar di atas bukit adalah nasehat sang ayah yang terus mengiang di telinga penulis hingga hari. Pohon yang tumbuh di atas bukit harus berhadapan dan terlatih dengan kuatnya hembusan angin dari sejak dini, sehingga ia mampu berhadapan dengannya, terutama ketika pohon tersebut tumbuh dan membesar. Pohon yang tumbuh di atas bukit jarang yang tumbang karena kuatnya terpaan angin, namun pohon yang tumbuh di lembah sering tumbang bila berhadapan dengan angin yang kuat, terutama ketika ketinggian pohon tersebut melebihi bukit di sekelilingnya. Generasi lalang adalah generasi yang tahan uji dan siap menghadapi tantangan. Generasi lalang adalah generasi yang lahir dan terdidik untuk menghadapi segala tantangan yang wujud di zamannya. Tak pernah lari dari masalah karena lari dari masalah bukanlah penyelesaian ( escapism is not solution ). Lari dari masalah adalah lari dari kenyataan, dan lari dari kenyataan adalah lari dari kehidupan. Generasi lalang dapat memahami hakikat kehidupan dunia yang tak pernah luput dari masalah dan tantangan, bak kata pepatah; bumi yang mana yang tak ditimpa hujan.

Generasi lalang melihat dan meyakini dengan sepenuhnya bahwa Allah swt menciptakan segalanya dengan berbagai jenis dan ragam, sehingga zaman pun selalu beragam. Ada malam, dan ada siang. Ada musim panas, dan ada musim dingin. Ada panas, dan ada dingin serta ada mendung dan ada berawan. Bumi kita juga selalu beragam. Ada pegunungan, ada lembah. Ada anak bukit, ada dataran rendah dan Ada sungai, serta bendungan. Kehidupan manusia juga beragam. Ada sedih, ada gembira. Ada ujian, ada karunia. Ada kelahiran ada pula kematian. Ada kaya, ada miskin. Ada damai, ada perang. Ada kesusahan ada pula kemudahan. Kita sering nampak derita hari ini, tapi kita jarang ingat kebahagiaan untuk esok hari. Kita mesti belajar untuk menghargai apa yg kita miliki hari ini, kerana kita takkan dapat mencapai penghargaan hari esoknya jika semuanya telah tiada. Semua hal tersebut adalah romantika kehidupan yang mesti dilalui untuk mencapai hari esok yang baik dan mengukir kesuksesan yang lebih berarati. Menjadi lebih baik dari orangtua dalam segala hal adalah tujuan hidup generasi lalang, karena anak lalang pasti lebih baik dan lebih kuat dari induknya. Wallahu’A’lam.

.

Rabu, 14 Mei 2008

ZIKIR DAN CINTA SEHATI DAN SENYAWA


Oleh

Lukman Syarif, MA


Sesungguhnya seluruh kekuatan yang ada didunia ini, bersumber dari kekuasaan Allah SWT yang maha dahsyat dan tidak terbatas. Orang yang kuat adalah orang mendapat anugerah kekuatan Allah sebagai hasil dan natijah dari kedekatan seseorang kepada Allah melalui zikir dan munajat yang mewarnai kehidupan seorang hamba dalam bentuk Taqorrub dan ubudiyah yang nyata.

Setiap manusia mempunyai mata batin yang Allah ciptakan bersih dan suci tanpa noda sedikitpun, sehingga kita mampu melihat kebenaran dan hakikat diri, alam dan seluruh ciptaannya, yang pada akhirnya membuat kita dapat merasakan kehadiran dan kebersamaan dengan Allah swt di mana saja dan kapan saja dalam semua keadaan, baik suka maupun duka.

Mata Batin atau dalam Istilah Tasawuf disebut Al-Bathinah, merupakan Indera keenam yang Allah berikan kepada setiap manusia, Mata Batin ibarat kaca atau cermin yang dapat dipergunakan untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas atau ibarat pisau tumpul yang dapat diasah sampai tajam sehingga dapat memotong sesuatu benda dengan mudah.


Ketika kita masih kecil mata batin kita masih bersih sehingga dapat melihat hal-hal yang gaib dengan jelas dan mudah menangkap Ilmu Pengetahuan dengan mudah, namun tetapi setelah kita tumbuh besar dan beranjak dewasa mata batin kita mulai ternoda oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian sehingga tidak dapat melihat lagi hal-hal yang gaib lag. Sesungguhnya tempat bagi mata hati adalah Qalbu ( hati nurani ) yang selalu berubah setiap saat sesuai dengan perbuatan kita sehari-hari. Dengan zikir yang ikhlas dan berterusan hati kita akan tetap bersih dan mata batn kita akan tetap menyala. Hal dengan jelas dinyatakan oleh Rasullah saw di dalam hadisnya:

Sesungguhnya Hati manusia itu ibarat sehelai kain putih yang apabila manusia itu berbuat dosa maka tercorenglah / ternodailah kain putih tersebut dengan satu titik noda kemudian jika sering berbuat dosa lambat-laun sehelai kain putih itu berubah menjadi kotor / hitam”

Kita mestilah menyadari bahwa Zikir memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecemerlangan cahaya batin kita. Hati yang selalu terisi dengan Cahaya Zikir akan memancarkan Nur Allah dan keberadaannya akan mempengaruhi perilaku yang serba positif. Segala perbuatan kita baik berupa niat, kata-kata ataupun perbuatan semuanya merupakan ilham dan petunjuk dari Allah swt, sehingga kita dapat melangkah dalam hidup hidup dengan penuh keyakinan tanpa sedikitpun terbersit keraguan akan kebenaran Allah dalam kehidupan kita sehari-har.


Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar akan menimbulkan ketentraman hati dan menumbuhkan sifat ikhlas. Hikmah zikir amatlah besar bagi orang yang ingin membangkitkan kekuatan indera keenamnya ( batin ). Ditinjau dari sisi ibadah, zikir merupakan latihan menuju Ikhlasnya hati dan Istiqomah dalam berkomunikasi dengan al-Khaliq Allah swt.


Ditinjau dari sisi kekuatan batin, zikir merupakan metode membentuk dan memperkuat Niat Hati, sehingga dengan izin Allah SWT, apa yang terdapat dalam hati, itu pula yang akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, zikir memiliki beberapa manfaat, diantaranya : Membentuk, Memperkuat Kehendak atau azam, Mempertajam Batin, sekaligus memiliki nilai Ibadah yang tinggi .


Dengan zikir berarti membersihkan dinding kaca batin, ibarat sebuah semprong lampu yang tertutup oleh kaca yang kotor, meyebabkan cahaya-sinarnya tidak muncul keluar secara maksimal. Melalui zikir, berarti membersihkan kotoran yang melekat sehingga kaca kembali menjadi bersih dan cahaya-sinarnya bisa memancar keluar menerangi diri dan lingkungan. Dengan zikir kita akan dapat memahami fenomena alam, prilaku hewan, deburan ombak dan hembusan yang juga merupakan tasbih dalam mengingat dan mengagungkan Allah swt. Mata batin dapat menembus kegelapan malam dan dapat mendengar kebenaran di tengah riuhnya nyanyian alam, yang mengantarkan kita kepada ma’rifatullah.

JANJI SEORANG CALON PEMIMPIN

Oleh

Lukman Syarif, MA.

Di tengah rancaknya pesta demokrasi dalam pemilihan kepala daerah ( pilgubri) dan obsesi para calon gubernur untuk terpilih menjadi penguasa nomor satu di daerah ini berbagai macam janji dan harapan coba dilemparkan kepada masyarakat sebagai upaya untuk menarik suara pemilih. Tanpa mereka sadari telah segudang janji dan harapan yang mereka lontarkan di berbagai tempat dan waktu tanpa berpikir ulang tentang daya dan kemampuan mereka dalam merealisasikan janji-janji tersebut, bahkan merekapun mungkin telah lupa dengan apa yang mereka janjikan. Mudah berjanji hanya karena sikap tamak dan obsesi yang berlebihan untuk mencapai kekuasaan adalah sifat yang sangat tercela dan sangat merugikan diri sendiri terutama ummat yang bisanya mudah hanyut dalam bujuk rayu dan angin harapan yang dihembuskan oleh mereka yang tidak melihat kekuasaan sebagai amanat yang wajib dipertanggungjawabkan.

Janji adalah sesuatu komitmen murni untuk melakukan sesuatu yang telah dijanjikan pada suatu waktu yang telah ditentukan. Kedudukan janji dalam rantai kehidupan dan interaksi manusia adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan, sehingga nilai keperibadian seseorang dapat diukur dengan tahap komitmennya dalam memenuhi janjinya. Pepatah Melayu lama mengingatkan kita bahwa: Hewan yang dipegang talinya manusia yang dipegang janjinya. Beberapa tindak kriminal berupa pembunuhan yang bermotif balas demdam sering terjadi di masyarakat, hanya karena kegagalan satu pihak untuk memenuhi janji yang telah ditetapkan bersama.


Kebiasaan untuk mengumbar janji sering terjadi di kalangan pemimpin baik ketika memimpin supaya dianggap baik dan berprestasi atau ketika akan dipilih kembali agar dianggap sebagai seseorang yang memiliki misi dan visi pembangunan yang jelas. Kita mesti sadar dan insaf bahwa bangsa ini telah muak dengan penderitaan dan bosan dengan janji-janji kesejahteraan yang telah mereka terima sejak proses perjuangan menuntut kemerdekaan sehingga hari ini. Apakah kita masih tega untuk terus membohongi rakyat dengan menjual gula-gula harapan dan janji manis setelah mereka hidup selama berpuluh-puluh tahun dengan dengan bertikar derita, berbantal duka dan berselimut kekecewaan.


Kehidupan akhir zaman telah membawa satu dimensi baru dalam pemahaman nilai-nilai murni dan etika kehidupan ummat Islam secara keseluruhannya. Kebohongan sering dianggap kebenaran dan kebenaran sering dilihat sebagai kebohongan sehingga orang lebih percaya kepada kita ketika kita berbohong daripada berkata benar. Seringkali orang yang memperjuangkan agenda ummat dianggap musuh dan mesti diwaspadai, sementara orang yang hanya memperjuangakan kepentingan peribadi dan pandai mengumbar janji seringpula dianggap dan dipandang sebagai pahlawan yang mesti didukung dan disanjung. Ini adalah sebuah tragedi moral dan kemanusiaan yang sangat menyedihkan karena manusia pada akhirnya akan hidup tanpa etika dan tenggelam dalam kesungsangan nilai.


Rasulullah mengajarkan kita untuk tidak meletakkan agenda pribadi mengatasi agenda ummat apalagi sanggup menipu dan menempuh segala macam cara untuk mencapai maksud dan tujuan peribadi. Kekuasaan dunia bukanllah segala-galanya dan terlalu murah untuk kita jual agama, iman dan akhirat kita untuk membeli kekuasaan dunia yang bersifat sementara dan murah harganya. Kekuasaan adalah amanah dari Allah yang Ia berikan kepada hambanya untuk merealisasikan kehendah ( iradah ) Allah di muka bumi, mewujudkan baldatun thoyyibatun warabbun ghofuur ( negeri yang baik, makmur dan mendapat keampunan Allah).

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوْا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan meninggalkan petunjuk; maka tiadalah beruntung perniagaan mereka dan tidak pula mereka beroleh petunjuk hidayah.

Surah al-Baqarah ( 2: 16 )

Para calon pemimpin ( gubernur ) hendaklah menyadari dan menginsafi bahwa mereka adalah hamba Allah yang tidak lepas dari perhatian dan pengamatan Allah serta pertanggungjawaban di depan Allah Rabbul Jalaal. Perbuatan menipu ummat adalah sebuah penipuan terhadap hati nurani sendiri dan pengkhianatan dan pengingkaran terhadap Allah dan Rasulnya. Setiap dosa pasti akan membawa akibat pada kehidupan dunia dan akhirat seorang pemimpin dan keluarganya bahkan ianya terlalu besar dan berat untuk dihadapi. Ingatlah bahwa dosa dan kebohongan tidak akan membawa faedah dan keuntungan apa-apa sebab sin does not pay. Janganlah lihat kecilnya dosa penipuan yang kita lakukan tetapi lihatlah besarnya akibat yang bakal kita hadapi dan agungnya Allah yang kita ingkari. Sesunguhnya tiada pembohongan yang bersifat tunggal karena setiap pembohongan pasti akan diikuti dengan beberapa pembohongan lainnya untuk membenarkan pembohongan yang pertama. Wallahu A’lam.

أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Apakah mereka tidak mahu bertaubat kepada Allah dan memohon keampunannya Padahal Allah Maha pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Surah al-Maidah 5 : 74

Kamis, 17 April 2008

PILGUBRI DIYAKINI LEBIH SERU

DUMAI-Mundurnya calon incumbent H.M Rusli Zainal dari jabatannya sebagai Gubernur Riau dan H. Wan Abu Bakar sebagai incumbent wagubri, atau H. Thamsir Rachman dari Bupati Inhu diperkirakan akan membawa angin persaingan menuju kursi Riau 1 semakin seru. Sebab, masing-masing balon tidak bisa lagi menggunakan fasilitas pemerintah untuk proses menarik simpati masyarakat, sehingga calon incumbent akan terlihat apakah dia akan teruji dalam menarik simpati masyarakat tanpa didampingi aparatur pemerintah. Sehingga diyakini juga dapat memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
"Kalau pejabat incumbent diharuskan mundur, otomatis persaingan antar calon akan semakin seru. Sebab, wibawa, kedudukan dan fasilitas yang mereka gunakan relatif sama dan sebagai calon incumbent harus bersikap fair ketika dia telah menyatakan mengundurkan diri dari kursi jabatannya," kata Lukman Syarif, salah seorang pengamat politik di Kota Dumai, kemarin (9/4). Selain itu, dengan mundurnya calon Incumbent dari jabatannya, otomatis rencana kampanye juga akan berubah. Mulai dari strategi, pendanaan, fasilitas hingga wibawa dan loyalitas masyarakat juga akan berubah.
Kondisi itu, lanjut Lukman, juga akan memberi kesempatan lebih luas bagi calon lainnya untuk bersaing secara terbuka. "Ya jelas calon-calon lain akan lebih semangat. Sebab, mereka akan berkampanye sama-sama sebagai warga sipil. Berbeda dengan calon yang masih aktif menjabat yang memiliki nilai jual lebih tinggi di mata masyarakat. Pertarungan akan terbuka dan fair, dimana tidak ada calon yang lebih istimewa karena dibekali atribut dan fasilitas lebih. Sebab, dengan proses demokrasi seperti itu, pemimpin yang lahir dari proses tersebut merupakan pemimpin yang benar-benar teruji," katanya.(lan)

Rabu, 09 April 2008

DAI DIMOHON DOA HUJAN ATASI KEMARAU DAN KEBAKARAN HUTAN

Dumai-Musim kemarau yang terjadi saat ini di KOta Dumai,mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih yang selama ini diharapkan warga dari turunnya hujan, saat ini semakin minim, bahkan hampir tidak ada. Sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Kenyataan ini diperparah lagi dengan munculnya kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai akibat terbakarnya lahan dibeberapa lokasi, yang beresiko munculnya infeksi pernapasan.
Miswan, warga Jalan Sidorejo misalnya. Ia mengaku, sebelum musim kemarau dirinya hanya membeli air bersih untuk keperluan masak dan memandikan bayinya, namun saat ini Ia terpaksa membeli air bersih dalam jumlah banyak. Air sumur yang biasanya masih bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian, saat ini tidak dapat dipergunakan lagi karena airnya kuning.
Kesulitan air ini juga diungkapkan Yon Riz, petani di Bagan Besar. Kemarau saat ini menurutnya berdampak buruk bagi hasilpertaniannya. "Sekarang ini kondisinya sulit. Tanaman pada kering, waktu dipanen hasilnya jauh menyusut. Tapi mau bagaimana lagi, karena kalau sudah musim kemarau memang begini resikonya," keluhnya juga.
Menanggapi persoalan yang saat ini terjadi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Dumai H. Lukman Syarif MA, menghimbau para Khatib Jumat agar mengajak jemaahnya membaca doa minta hujan. Menurutnya, segala musibah akibat kemarau ini hendaknya disikapi dengan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan. "Semua masalah ini hendaknya membawa kita kepada kesadaran bahwa Kekuasaan Allah melebihi segalanya"ujarnya.
Disebutkannya, musim kemarau yang melanda kawasan Dumai kali ini telah membawa berbagai permasalahan bagi masyarakat. "Banyak persoalan yang timbul akibat musim kemarau ini. Masyarakat jadi kesulitan mendapatkan air, terjadinya kebakaran lahan, suhu udara tinggi, kabut asap yang membahayakan kesehatan, serta mengganggu ketika berkendaraan dan dampak lain yang tidak bisa dibiarkan," ujarnya.

Menyongsong Pilkada Riau 1

Oleh
Lukman Syarif, MA.
Tahun 2007 adalah starting point yang menandai bermulanya pergulatan politik Riau secara serius dalam skala lokal, dengan bentuk dan nuansa Pilkada Riau 1 pada tahun 2008 nantinya. Jika ditahun 2006 kita menyaksikan manuver-manuver politik para bakal calon ( balon ) dalam bentuk kampanye terselubung dan agenda tersembunyi, maka tirai tersebut akan mulai terbuka dan terungkap sehingga maksud dan tujuan para bakal calon akan dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Jika tahun 2006 dipenuhi dengan ucapan-ucapan selamat, baik berupa pemasangan baleho, poster-poster dan iklan-iklan layanan masyarakat di media elektronik dan cetak, maka tahun 2007 diyakini para bakal calon akan berubah trend dengan slogan; Mohon Doa Restu yang biasa dipakai oleh para bakal calon pada pilkada Walikota / Bupati di Provinsi Riau.
Sesungguhnya dinamika politik lokal baik secara makro ataupun mikro terutama sekali yang berkaitan dengan PILKADA Provinsi Riau sejak awal tahun 2006 ini, bahkan jauh sebelumnya, terlihat semakin menggeliat dan mengemuka di dalam pembicaraan dan dialog ataupun diskusi antara sesama warga masyarakat Riau. Pilkada Riau 1 ( Pemlihan Gubernur ) selalu menjadi isu penting dalam pertemuan-pertemuan resmi di kantor-kantor dan di forum-forum ilmiah, dan pertemuan tidak resmi di rumah-rumah, bahkan ianya dibicarakan dan didiskusikan juga di warung-warung kopi. Tiada hari yang berlalu bagi media masa lokal baik cetak maupun elektronik tanpa perlombaan pasar yang ketat dalam memperebutkan kesempatan untuk mensosialisasikan manuver-manuver politik tersembunyi para bakal calon di media masa yang mereka miliki terutama melalui segment kegiatan-kegiatan sosial dan agama ataupun himbauan moral lainnya yang dibungkus dalam kemasan pemberitaan yang menarik dan mengandungi makna atau maksud promosi para bakal calon serta hal-hal strategis lainnya yang menjadi perhatian utama bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa duet kepemimpinan Rusli Zainal dan Wan Abu Bakar sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau akan berakhir pada tahun 2008 nantinya, maka Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Riau secara langsung oleh Rakyat Riau untuk pertama kalinya pada level provinsi wajib dilaksanakan terlepas dari rasa suka atau tidak suka kita, mau dan tidak mau, sebelum berakhirnya duet kepemimpinan mereka berdua, karena kekosongan kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat mustahil dalam sistem pemerintahan di negara kita. Belajar dari proses pilkada pada level kabupaten / kota yang telah berlangsung sebelumnya, dengan cerita dan kisahnya yang tersendiri, serta fenomena umum dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan ( ormas ) secara mendadak dan lembaga swadaya masyarakat lainnya ( LSM ) juga secara mendadak dan sporadis bagaikan tumbuhnya jamur di musim hujan. Kehadiran beberapa tokoh baik dari stok lama ataupun baru, angkatan muda yang energik dan reformis ataupun generasi tua yang cenderung konservatif, serta kehadiran beberapa tokoh dan bakal calon yang terkesan karbitan sangat mewarnai pesta demokrasi dan proses suksesi kepemimpinan di tingkat kabupaten/ kota. Aksi dukung mendukung juga timbul berupa penyataan sikap dari beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama ataupun pimpinan organisasi dengan klaim kepememilikan anggota yang banyak, besar dan berpengaruh sebagai media untuk melakukan lobi dan negoisasi ataupun bargaining politik untuk mendapatkan keuntungan politik, sosial dan materi lainya ( political and material benefits ) yang sangat mereka harapkan. Pada pilkada kabupaten / kota juga muncul kelompok-kelompok yang melihat yang melihat event penting ini sebagai momentum bisnis dan kesempatan kerja ( job opportunity ) untuk meraih kepentingan materi yang telah lama ditunggu-tunggu. Para pengiat dunia bisnis telah menghitung dan menilai berapa banyak kesempatan yang ada dan keuntungan yang bakal diraih melalui penyedian alat-alat kelengkapan pilkada yang diperlukan para bakal calon ataupun calon. Secara umum mereka ini memiliki kemampuan persuasif yang tinggi dan pendekatan yang affirmatif sehingga sebagai para bakal calon ataupun calon ada yang menerima tawaran mereka, padahal mereka hanya melihat pilkada sebagai sebuah tender proyek bernilai milyaran, secara tertutup yang bisa dilakukan secara Penunjukan Langsung ( PL ) tanpa harus mengangkaki Keppres 80.
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam skala atau tingkat kabupaten / kota, apakah ianya juga bakal terjadi dalam skala atau level provinsi? Para ahli sejarah melihat bahwa sebuah fenomena yang terjadi hari ini tak terlepas dari apa yang terjadi sebelumnya atau bisa dianggap sebagai proses pengulangan kejadian sebelumya dengan skala dan nuansa yang berbeda ( history repeat itself ). Pemikiran ini tentunya sangat berdasar terutama apabila kita melihat mindset ( alur pikir ) dan paradigma masyarakat kita hari ini yang belum mengalami reformasi mindset dan perubahan pola pikir dalam menata hidup dan memperjuangkan sebuah aspirasi terutama hal-hal yang berhubungan dengan keuntungan materi yang masih sangat dominan dalam kehidupan kita. Thomas Kuhn dengan konsepnya Paradigm Shift ( anjakan paradigma ) menyatakan bahwa sebuah masyarakat tidak akan berubah sebelum mereka dengan rela dan terbuka menerima proses perubahan pola pikir dan cara pandang terhadap hidup dan pola hidup yang diamalkan. Kecemasan kaum intelek dan kelompok moralist tentang fenomena di atas adalah sangat logis dan realistik karena semuanya bakal terulang dan terjadi pada helat akbar atau pesta demokrasi terbesar di Riau pada ajang Pilkada Riau 1 nantinya. Untuk pertama kalinya pada pilkada ini kebijaksanaan dan kearifan masyarakat Riau akan diuji dalam menentukan putra terbaik mereka untuk memimpin Riau, menuju masyarakat yang demokratis, maju, adil, sejahtera, agamis, berwawasan internasional, serta memiliki kredibilitas moral yang tinggi dan bermartabat. Proses pendewasaan masyarakat adalah suatu yang wajib agar jurang intelektual, emosi dan spiritual yang selama ini menjadi kendala, dapat dihilangkan dan menyatu dalam sebuah tim pembangunan masyarakat yang solid dan konsistent.

Sabtu, 08 Maret 2008

JADIKAN HAJI SEBAGAI ALAT MEREFORMASI DIRI

Ibadah haji merupakan rukun Islam ke lima yang selalu menjadi dambaan dan puncak harapan serta kesempurnaan hidup bagi seorang Muslim yang benar-benar berusaha untuk mencapai kesempurnaan jati diri, dalam bingkai pengabdian yang sempurna atau Islam yang kaffah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, karena ibadah haji adalah puncak pengabdian seorang hamba yang menuntut segala bentuk pengobanan dalam merefleksikan makna Haqqul yakin atau iman yang hakiki. Ibadah haji menuntut pengorbanan materi, jiwa, raga, emosi, waktu dan lain-lain, yang tidak dituntut pada ibadah lainnya, hal ini disampaikan oleh Lukman Syarif, MA. Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Dumai ( FKUB ) dalam ceramahnya di hadapan Ibu-ibu PKK kota Dumai dalam acara Tepun Tawar melepas calon jamaah haji kota Dumai yang diadakan di gedung serba guna sri bunga tanjung pada hari jumát yang lalu.
Lebih lanjut Lukman Syarif menyatakan bahwa kecenderungan ummat Islam hari ini menjadikan ibadah haji sebagai sebuah ritual biasa yang dilaksanakan dengan maksud dan motif duniawi yang sangat kental, berupa status sosial yang terhormat atau rehabilitasi nama baik dan image pribadi yang tercemar, karena adanya penyelewengan moral yang pernah dilaksanakan sebelumnya, adalah sebuah kesalahan yang fatal dan total, karena sang pelaku berniat menipu Allah swt dan orang-orang yang beriman dengan kemunafikan yang dilakukan. Kita bisa menipu banyak orang dalam satu waktu tetapi kita tidak bisa menipu satu orangpun untuk selama-lamanya. Kita tidak bisa menipu orang lain tanpa menipu diri kita terlebih dahulu. wajarkah kita rela hidup dalam dunia kepalsuan yang kita ciptakan sendiri.
Pada kesempatan tersebut Alumnus International Islamic University Malaysia mengingat para calon jemaah haji untuk memahami terutama ketika berada di tanah suci bahwa hidup adalah sebuah amanah yang agung, besar dan tinggi maknanya namun kita selalu lupa akan makna dan hakikatnya. Allah swt menciptakan kita sebagai makhluk hidup yang sangat berbeda dengan makluk hidup lainnya, karena keberadaan kita di dunia ini tidak sama dengan makhluk lainnya baik secara fungsi dan pola kehidupannya. Kesediaan kita untuk memahami perbedaan ini menjadikan kita benar-benar dapat tampil beda dan berfungsi secara optimal dan nyata dari mahkluk lainnya yang hanya hidup untuk sebuah tujuan yang sempit dan kurang bermakna. Melalui ibadah haji diharapkan para calon jemaah haji berani dan jujur mengakui bahwa kilauan harta dan gemerlapnya kehidupan syahwat telah menjadikan dirinya tenggelam dan hanyut dalam fatamorgana dan hidup yang penuh retorika, sehingga sanggup berusaha secara sungguh-sungguh untuk membangun hidup pada pondasi asumsi dan waham atau prasangka semata, bahwa pangkat, harta, jabatan, pengaruh dan nama adalah segala-galanya.
Sesungguhnya haji yang mabrur secara lebih tegas diyatakan oleh staf ahli Walikota Dumai ini yang telah lebih 15 tahun melanglang buana di negara jiran Malaysia, adalah ibadah haji yang menciptakan proses reformasi hidup pada diri yang meliputi perobahan pola pikir, cara pandang, pola hidup dan orientasi perjuangan hidup yang secara sinergis akan menciptakan sebuah keperibadian yang Islami, berwawasan, penuh tawadhu dan akhlakul karimah. Kita sering berubah menurut keinginan dan tuntutan hawa nafsu kita, atau hanya sekedar mengikuti perubahan zaman dan keadaan masyarakat di sekeliling kita. Haji yang mabrur akan menjadi contoh dan panutan ummat serta dapat tampil tampil sebagai agen perubahan sosial masyarakat menuju ridho Allah swt. Haji yang mabrur akan lebih mengenali hakikat diri yang penuh kelemahan dan kekurangan serta selalu berusaha untuk membenahi diri melalui proses reformasi yang bersinergi dengan proses revitalisasi jati diri seorang mukmin dalam bentuk pengabdian total dan wholistik kepada Allah swt.

Selasa, 05 Februari 2008

PENDIDIKAN DAN POLARISASI SOSIAL



Oleh

Lukman Syarif, MA.

PENDIDIKAN, kunci masa depan bangsa yang cerah, cemerlang, sejahtera, dan harmoni. Pendidikan juga barometer keberhasilan masa depan bangsa yang bercita-cita membangun sebuah peradaban agung serta menjunjung tinggi nila-nilai kemanusiaan sejagat. Dengan konsep pendidikan dan falsafahnya yang berkwalitas, suatu bangsa dapat tersenyum gembira dan tidur dengan lena menanti kehadiran masa depan yang gemilang penuh dengan keberhasilan yang berwarna-warni. Kegagalan membangun dan menghasilkan sebuah sistem pendidikan yang komprehensif, maju, dan mapan pada hakikatnya adalah sebuah kegagalan yang akan menjerumuskan bangsa ke jurang keterbelakangan, keterpurukan ekonomi politik dan budaya, serta kehancuran nilai-nilai kemanusiaan sejagat.


Terminologi bangsa yang besar sering dipakai sebagai sebuah identitas semula jadi ( fitrah ) untuk bangsa Indonesia yang saat ini berpenduduk lebih dari 250 juta, yang terkesan sebagai sebuah bangsa yang besar, kuat dan hebat, walaupun pada hakikatnya ia hanyalah sebuah fatamorgana bagi mereka yang mau berpikir tentang hakikat kebesaran yang terkandung pada terminologi di atas. Kekuatan yang terletak pada angka dan jumlah (numerical strength) biasanya sering dipertikaikan oleh banyak orang karena sering dipandang sebagai sebuah kekuatan yang mengandung banyak kelemahan. Kelemahan ini dapat dilihat dengan jelas dalam lipatan sejarah bangsa kita yang telah beberapa kali menjadi objek penindasan bangsa penjajah walaupun jumlah mereka sangat kecil, jika dibandingkan jumlah rakyat Indonesia pada saat itu.


Sebagai sebuah bangsa dengan jumlah yang besar, kita sendiri mungkin bertanya mengapa masih lemah walaupun kita telah merdeka lebih dari setengah abad? Padahal, bumi kita diberkati Allah SWT dengan kekayaan alam yang sangat banyak. Secara jujur kita akan mengakui bahwa kita sangat terkebelakang sekali jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga yang baru merdeka, baik dari aspek efektifitas pelayan publik yang masih sangat jauh dari mencapai tahap pelayanan prima, bahkan rakyat terkesan menjadi objek ekploitasi beberapa oknum aparatur pemerintah yang menguasai birokrasi kita, fundamental ekonomi yang lemah, stabilitas politik yang masih diragukan dan keamanan dalam negeri yang masih sering dipertanyakan. Sesungguhnya semua kelemahan ini adalah manifestasi nyata dari kelemahan sumber daya manusia yang kita miliki hari ini.

Setelah lebih setengah abad merdeka, kita masih menemukan rakyat Indonesia yang buta huruf, buta birokrasi, buta falsafah hidup dan hakikat perjuangan, dan bangga dengan budaya feodal. Dari 250 juta bangsa Indonesia hari ini hanya 15-25% yang pernah dan sedang menikmati pendidikan di perguruan tinggi yang masih sangat minim dari sudut fasilitas dan sumber daya manusia.


Kesalahan warisan yang masih berlanjut dari dulu sampai sekarang adalah sikap kita yang dengan sengaja melihat pendidikan dengan pandangan sebelah mata. Perhatian serius yang seharusnya diberikan kepada pembangunan pendidikan nasional sejak awal kemerdekaan ternyata tidak pernah menjadi kenyataan, lebik buruk lagi akses kepada pendidikan sangat terbatas sekali, terutama terhadap masyarakat kelas bawah yang miskin dan terasing dari arus pembangunan yang biasanya hanya dinikmati golongan tertentu. Demokratisasi pendidikan yang menjamin kesamaan hak dan akses terhadap pendidikan berdasarkan prestasi dan kemampuan intelektual kurang terlaksana dan bahkan terkesan diabaikan, sehingga polarisasi rakyat terbentuk berdasarkan kemampuan ekonomi dan standar hidup dalam memenuhi tuntutan pendidikan yang semakin hari semakin meningkat dan hampir menutup impian dan harapan masyarakat miskin yang terpinggir untuk menanti hari esok yang lebih cerah.


Jika kita sanggup bersikap jujur dan bertindak lebih profesional dalam menatap barisan kepemimpinan nasional hari ini, kita akan menemukan sebagian besar mereka berasal dari keluarga yang mampu atau pun berasal dari keluarga orang ternama dan terpandang di masyarakat. Hanya sebagian kecil saja pemimpin kita yang berasal dari kelompok masyarakat miskin, lemah, dan tidak berdaya. Sebagai akibat langsung dari polarisasi akses kepada pendidikan sebagian besar masyarakat lemah dan miskin hanya akan menjadi penonton setia menyaksikan peralihan kekuasaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya yang mungkin berasal dari golongan tertentu.
Peralihan ini nyaris terjadi pada semua aspek kehidupan kita, baik dalam bentuk kesempatan kerja, kaderisasi partai, organisasi masyarakat, kampus, dan kuasa ekonomi. Dalam keadaan seperti ini, amat wajar jika seorang anak nelayan atau pun anak petani dan buruh kasar yang telah beberapa keturunan menjadi nelayan, petani, dan buruh kasar di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Riau, untuk bersikap apatis terhadap pendidikan nasional kita.


Kehidupan di abad ini menghantarkan kita pada sebuah kehidupan yang berdasarkan teknologi digital (digital society) yang juga mengajak kita untuk berinteraksi dengan konsep perdagangan berdasarkan eletronik (e-commerce), teknologi informatika (information technology), masyarakat berdasarkan ilmu (knowledge based society) dan globalisasi yang telah merubah wajah dunia hari ini menjadi sebuah kampung yang kecil (small village). Di manakah bangsa kita dari semua kemajuan ini? Barapakah tingkat literasi komputer kita (computer literacy)? Apakah kita akan berpuas hati dengan menjadi bangsa pengekspor tenaga kerja yang tidak mahir ( unskilled labour ), walaupun penghinaan dan penindasan majikan asing terus berlangsung? Apakah kita hanya layak untuk dikenali sebagai bangsa yang layak untuk menjadi pekerja kasar? Masihkan pemimpin, hartawan, dan ilmuan kita berbangga dengan apa yang mereka miliki hari ini, padahal mereka dikelilingi oleh rakyat yang lemah, miskin, terbiar, dan tidak terpelajar.
Bangsa kita hari ini dikelilingi bermacam-macam masalah yang semuanya bermuara pada ketidakberdayaan kita dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan pendidikan nasional yang baik untuk menuju hari esok yang lebih cerah. Malaysia sebagai contoh telah berhasil menelurkan ilmuan level PhD. Lebih dari 7000 orang untuk sebuah negara kecil yang berpenduduk kurang dari 23 juta, dengan 20 perguruan tinggi negeri dengan daya tampung 15-25 ribu mahasiswa dan lebih dari 100 perguruan tinggi swasta dengan daya tampung 100-700 orang. Semua perguruan tinggi ini dilengkapi fasilitas yang sangat lengkap dan layak dibanggakan. Dalam satu waktu dapat diperkirakan bahwa hampir 1,5 juta Mahasiswa berada di perguruan tinggi. Malaysia juga berhasil mengirim pelajar-pelajar terbaiknya untuk belajar di luar negeri dengan jumlah yang sangat besar; di Mesir 7000 orang, di United Kingdom 15.000 orang, di USA 10.000 orang, dan di Austaralia 2.500 orang.


Mesir sebagai negara miskin dengan sumber daya alam yang terbatas, juga mampu membebaskan rakyatnya dari biaya pendidikan yang memberatkan rakyatnya, sehingga banyak anak petani dan buruh kasar di Mesir yang memegang gelar Doktor untuk Strata 3. Untuk dapat keluar dari permasalahan yang menyelimuti bangsa kita hari ini, tindakan drastis perlu dilakukan dalam bentuk demokratisasi pendidikan yang menjamin kesamaan hak dan akses kepada setiap bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan membebaskan rakyat dari biaya pendidikan yang sangat memberatkan pundak rakyat Indonesia terutama masyarakat lemah dan miskin, serta menawarkan fasilitas bantuan dana beasiswa kepada mereka yang benar-benar layak dan terbaik dari putra-putri Indonesia atau putra-putri daerah kelahiran Riau untuk melanjutkan studi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kita sangat merindukan kehadiran seorang pemimpin bangsa yang pintar, terpelajar, terdidik, bijaksana, dan berwawasan luas untuk merealisasikan konsep demokrasi yang sebenarnya dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketidakmampuan seorang pemimpin dalam memimpin bangsa dapat disebabkan keterbatasan kemampuan intelektual dalam melihat permasalahan bangsa secara nyata ataupun kelemahan menajerial. Keterbatasan visi dan misi ini terpaksa harus dibayar rakyat dengan harga yang sangat mahal. Wallohu A’lam.

* Penulis adalah Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Dumai.

Minggu, 27 Januari 2008

Puasalah Anda Pasti Sehat


Ahlan Wasahlan Ya Ramadhan (selamat datang wahai Ramadhan), Romadhon Kariim (ramadhan yang mulia), adalah ungkapan rasa gembira yang sangat luar biasa dan penuh kebahagiaan yang selalu menghiasi bibir hamba Allah yang mendambakan kedamaian dan kebersamaan dengan Allah swt. Ungkapan ini juga merupakan doa tulus ikhlas kaum mukminin agar mendapat keberkahan bukan ramadhan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan atau 82 tahun, apabila dilaksanakan dengan baik dan niat ibah lillahi ta’ala. Kedatangan Ramadhan adalah sebuah kesempatan emas ( golden opportunity ) bagi kita semua jika kita dapat memahami dan menjiwai makna, hakikat dan kelebihan ( fadhilat ) Ramadhan, untuk merebut dan menggapai peluang dan kesempatan mencapai maghfirah ( keampunan Allah ), rahmat ( kasih sayang Allah ) dan Itqun min al-Nâr ( kebebasan dari api neraka ) yang telah dijanjikan.

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman ,diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,

Surah al-Baqarah ( 2 : 183 )

Ayat di atas adalah sebuah perintah yang jelas dan tegas dari Allah swt yang mewajibkan orang-orang yang beriman untuk menjalankan puasa selama 1(satu) bulan yaitu pada bulan ramadhan guna mencapai martabat takwa atau menjadi golongan Muttaqiin. Kita mesti menyadari bahwa apa yang Allah perintahkan pasti mengandungi kebaikan dan manfaat yang besar, dan apa yang dilarang pasti menimbulkan keburukan dan kerugian yang lebih besar. Sesungguhnya hikmah puasa sangat besar bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat sehingga Allah menganjurkan kita semua untuk melaksanakan puasa pada hari yang lain. Nabi Bersabda:

“Berpuasalah kamu, tentu kamu akan memjadi sehat"

Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa ibadah puasa mengandungi sejuta hikmah dan manfaat utama terhadap kesehatan jiwa dan raga kita semua. Kesehatan yang komfrehensif dan sustainable meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial (sesuai dengan definisi sehat menurut versi WHO). Kajian atau riset ilmu kesehatan yang dilakukan oleh beberapa dokter pakar dan para saintis membuktikan bahwa pada saat kita berpuasa tubuh kita tidak mendapat suplai makanan dari luar tapi tetap dapat melaksanakan aktivitas dengan baik ,hal ini terjadi karena tubuh kita mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi ini dapat bertahan selama + 25 jam, sehingga kita tidak perlu khawatir dengan aspek negatif puasa yang akan menimbulkan penyakit, karena puas tidak memiliki implikasi negatif terhadap kesehatan, bahkan puasa akan menimbulkan kesegaran dan kebugaran pada tubuh kita.

Untuk memperdalam nilai keimanan dan penghayatan kita terhadap keagungan dan kebesaran Allah, tentunya kita sadar bahwa kita dituntut untuk berusaha secara sukarela, kritis dan rasional yang mendalam terhadap hikmah dan manfaat yang ada pada puasa bagi kesehatan kita, baik secara fisik dan rohani ataupun kejiwaan. Berikut beberapa hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan

A. KESEHATAN JASMANI

1. Memberi kesempatan beristirahat kepada alat pencernaan.

Makanan yang masuk kedalam tubuh kita akan menjalani proses pencernaan + 8 jam ,4 jam di proses di lambung dan 4 jam di usus halus ,berarti dalam waktu 11 bulan pencernaan kita tidak henti-hentinya bekerja. Pada waktu puasa kita makan sahur jam 4 pagi ini berarti jam 12 proses pencernaan sudah selesai, jadi antara jam 12 siang sampai berbuka puasa adalah kesempatan bagi pencernaan kita untuk istirahat. Makanan yang masuk kedalam lambung kita akan dicerna dari bentuk kasar menjadi halus. Di dalam usus halus akan diperoses, dicerna dan diserap sampai tingkat molekuler yang disebut zat gizi.

2. Membebaskan tubuh dari kotoran, racun dan ampas ( toksin )

Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk tidak makan kecuali kita lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Anjuran ini berlaku untuk semua keadaan bukan hanya untuk bulan ramadhan. Cara ini dapat dikategorikan sebagai Islamic hygiene ( cara Islam menjaga dan memelihara kesehatan ). Hikmah dari anjuran ini adalah membangun kesadaran pada diri kita bahwa di dalam tubuh kita terdapat zat-zat berbahaya yang mesti dikeluarkan seperti Urine, CO2 dll. Apabila terjadi ganguan pengeluaran maka beberapa jenuis penyakit akan timbul karena zat-zat tersebut yang merupakan sisa-sisa pengolahan akan kembali diserap oleh tubuh. Ketika kita berpuasa suplai makanan yang diterima oleh tubuh kita adalah terbatas, hal ini sangat berguna untuk mencegah penumpukan zat-zat yang tidak berguna pada tubuh kita.

3. Kulit menjadi lebih sehat, halus dan berseri

Cadangan energi yang ada pada tubuh kita yang biasa disebut glikogen kebanyakan berasal dari sumber-sumber makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW agar kita mengawali berbuka puasa dengan kurma, buah-buahan atau minuman yang manis. Pada waktu puasa cadangan energi (glikogen) akan dikeluarkan sehingga akan memberi kesempatan rileks bagi sel-sel penyimpannya, termasuk sel-sel di kulit sehingga akan nampak pada kulit orang-orang yang berpuasa menjadi lebih segar.

4. Menghambat makanan dari bakteri, virus dan sel kanker.

Di dalam tubuh kita terdapat parasit yang menumpang hidup termasuk di makanan dan minuman. Pada waktu puasa dimana suplai makanan dikurangi, tentu parasit tadi juga akan keluar bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

5. Meningkatkan daya tahan tubuh.

Menurut peneliti dari Universitas Osaka Jepang, minggu pertama puasa tidak ditemukan pertumbuhan sel darah putih, tetapi pada hari ke 7 sampai hari ke 10 terjadi penambahan sel darah putih yang pesat sekali dan secara otomatis akan meningkatkan kekebalan tubuh. Sel darah putih berfungsi melawan peradangan yang ada dalam tubuh, sehingga banyak penyakit radang dapat disembuhkan seperti radang lambung (maag), radang tenggorokan (amandel), radang sendi dan lain-lain, dan juga dapat menghancurkan sel-sel kanker.

6. Meningkatkan daya serap makanan.

Dalam keadaan normal tidak puasa, pencernaan kita hanya dapat menyerap 35% dari gizi makanan yang dikonsumsi. Seperti disebutkan diatas dalam keadaan puasa pencernaan kita akan beristirahat + 6 Jam dan hal ini akan meningkatkan penyerapan zat gizi mencapai 85%, logikanya bila efisiensi pencernaan bertambah daya serap tubuh terhadap gizi akan menguat.

7. Memperbaiki fungsi hormon.

Pada situasi tertentu misalnya sedih, gembira, dan emosional, kelenjar endoklin akan mengeluarkan zat kimia yang mengeluarkan hormon, jika fungsi hormon normal maka irama tubuh menjadi harmonis. Situasi ini dapat diperolah dengan melaksanakan puasa, ketika puasa orang yang beriman akan bersikap sabar, mampu menahan amarah dan senantiasa berserah diri kepada Allah swt.

B. Pengaruh puasa terhadap kesehatan rohani:

Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari derajat kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) nya saja tetapi juga di ukur dari Emotional Quotient (EQ) nya. IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang, sedangkan EQ berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang, antara lain sifat dermawan, sabar, kasih sayang, rasa kepedulian antar sesama, santun, dan lain-lain. Dari segi kesehatan mental, puasa erat kaitannya dengan kemampuan mengendalikan diri karena meningkatnya EQ, karena orang yang berpuasa terlatih untuk mengatasi dan mencegah stress, rasa tertekan dan depresi. Puasa dapat juga menghilangkan penyakit-penyakit hati yang dapat mengganggu kesehatan jiwa seperti dendam, dengki, riya’ dan takabbur, sehingga kita akan mampu tampil sama ada menjadi orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersyukur. Wallohu ‘A’lam.

Puasa: Sebuah Kontemplasi


Marhaban ya Ramadhan atau selamat datang Ramadhan1428H, adalah ungkapan religi yang sudah menjadi umum dan populer bagi kita semua dalam menyambut datangnya bulan yang penuh berkah ini. Bagi masyarakat Arab biasanya diungkapkan dengan kata-kata khusus sebagai doa tulus dan tanda keakraban, seperti; Romadhoon Mubaarok atau Romadhoon Sa’id yang berarti: semoga romadhon ini penuh berkah, atau yang sangat membahagiakan. Ungkapan ini tentunya memberikan isyarat yang jelas bahwa kita semua akan menerima kehadiran tamu agung yang membawa sejuta rahmat dan segudang keberuntungan bagi hidup kita semua. Tamu agung ini mestilah disambut dengan acara adat istiadat yang luhur dan persiapan yang matang serta program yang terencana. Tamu agung ini hanya datang sekali dalam setahun dan kita mungkin tak berkesempatan lagi untuk menyambut tamu ini pada tahun-tahun berikutnya. Ramadhan sebagai bulan yang penuh rahmat dan berkah datang untuk mendidik dan membantu manusia melakukan pengenalan dan pengembangan potensi diri dalam menterjemahkan makna ibadah dan khilafah fil ardi.

Puasa atau shoum dalam bahasa al-qur’an selalu mengingatkan kita bahwa Lupa diri adalah sebuah sindrom psikologis ( kejiwaan ) yang bersifat endemik dan sporadis dalam menyerang dan menimpa kebanyakan manusia di dunia ini. Kesibukan harian dan tradisi rumor, isu serta menjual gosip kemana-mana adalah sebuah kebiasaan buruk yang telah menjadikan manusia lebih mengenali keburukan dan kelemahan orang lain daripada kelemahan diri sendiri. Secara historis sindrom ini telah menjadi penyebab utama kepada keruntuhan beberapa dinasti agung yang telah berdiri selama ratusan tahun. Keruntuhan dinasti agung ini adalah kehancuran bagi beberapa peradaban agung yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia di dunia. Apabila manusia telah lupa diri dan lebih mengenal orang lain dari dirinya maka ia akan mengalami krisis identitas yang menjadikan dirinya hidup tanpa tujuan dan wawasan yang jelas dan pasti. Sindrom lupa diri akan menjadikan seseorang ingin menjadi orang lain, bersikap, berbuat dan bertindak seperti mereka. Perbuatan ini pada hakikatnya, hanya akan menimbulkan konflik kejiwaan pada diri manusia karena banyak hal dan perkara yang dilakukan tidak sesuai dengan fitrah dan hati nurani mereka sendiri. Sesungguhnya manusia tidak akan pernah dapat hidup tenang dan bahagia dengan menjadi orang lain tanpa menjadi dirinya sendiri.Allah berfirman:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang telah melupakan Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa diri mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah

orang-orang yang fasik dan durhaka.

Surah al-Hasyar ( 59 : 19 )

Ramadhan tak obahnya bagaikan sebuah pesanteren terbuka yang mendidik, membimbing dan mengajarkan manusia bahwa hidup yang bahagia, mulia dan bermarwah adalah mengenal diri dan mengembangkan jatidiri. Sesungguhnya kebahagian, kemulian dan harga diri manusia hanya terletak pada jatidiri dan integritas pribadinya. Jika manusia ingin menjadi bahagia dan mulia dengan menampalkan sesuatu pada dirinya berupa pangkat, harta dan penghormatan, maka ia akan menjadi sehina-hina makhluk tatkala semua yang ia miliki hilang dan berakhir. Semangat Ramadhan mengingatkan kita pentingnya berjiwa besar untuk melakukan hal-hal yang besar. Orang yang berjiwa besar sangat sadar dengan keterbatasan dirinya dan sanggup secara satria mengakui kelemahannya. Mengakui kelemahan diri sendiri akan menjadikan kita kuat karena kita sentiasa akan berusaha memperbaiki segala kelemahan serta dapat melihat, menghargai dan mempelajari kelebihan orang lain, guna mencapai keperibadian yang komfrehensih, Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Hamid Sulayman bahwa: “Krisis keperibadian bermula dari kerisis pemikiran yang pada puncaknya akan mengarah kepada krisis moral ummat”

Kita mesti menyadari bahwa: dunia Islam hari ini diselimuti awan mendung dan ditutupi kabut duka, karena Jiwa kerdil, pikiran sempit, sensitif, rakus, egoistik, hilang rasa malu, bangga dengan yang haram, iri hati dan hasad dengki, tidak berwawasan, suka berangan-angan dan sarat dengan agenda dan kepentingan pribadi yang menjadi penyebabnya, bahkan sifat-sifat ini menjadi hal yang umum bagi masyarakat kita. Sesungguhnya sifat-sifat negatif dan destruktif ini hanya akan menjadikan manusia tidak optimal dan maksimal dalam memanfaatkan segala anugerah yang ada, sehingga hidup menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Jika agenda perjuangan manusia hanya bersifat pribadi atau sekedar memenuhi tuntutan dan kepentingan pribadi, maka manusia akan hidup dengan jiwa yang kerdil, agenda yang kecil dan tidak prihatin kepada nasib orang lain. Semua ini tentunya sangat bertentangan dengan fitrah manusia, ajaran Islam dan materi yang diajarkan oleh pesantren ramadhan.

Sesungguhnya jika kita mau dan secara sukarela melihat kepada diri kita sendiri, kita akan menemukan banyak potensi diri kita yang belum kita eksplorasi dan eksploitasi untuk membina hidup yang kontributif dan kualitatif. Banyak potensi diri kita dan kelebihan (advantages) serta bakat (talent) yang terabaikan, terbiar dan terlupakan, karena kita lupa diri, suka meniru dan mudah hanyut dalam angan-angan. Sesungguhnya bulan Ramadahan adalah bulan kekuatan bukan kelemahan, bulan muhasabah ( self criticism ) dan penggalian potensi diri bukan bulan memuji diri (self praising ) dan berbangga diri, bulan kerja keras dan aktualisasi program, bukan bulan intirahat dan kemalasan, bulan kontemplasi dan intuisi bukan bulan tidur dan angan-angan, bulan prestasi dan bukan bulan kegagalan, bulan ukhuwah dan toleransi bukan bulan permusuhan dan peperangan, bulan ibadah dan pengabdian bukan bulan dosa dan kemaksiatan.

Siapa yang beramal soleh, dari lelaki atau perempuan, serta beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik; dan sesungguhnya kami akan membalas amal mereka, dengan

memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan.

Surah an-Nahl ( 16 : 97 )

Pengenalan dan pengembangan jatidiri dapat kita capai jika kita benar-benar mau berusaha mengenal, memahami, melihat dan menilai diri kita sendiri. Pengembangan jatidiri kita dapat terlaksana dengan baik jika kita dapat memahami kehadiran dan keberadaan Ramadhan sebagai sebuah pesanteren terbuka ataupun sebuah pusat pendidikan dan pelatihan ( training center ) untuk mengenal, mendidik, menempa dan membina diri dan jiwa kita yang selalu inginkan perbaikan dan peningkatan kualitas. Dengan jatidiri yang baik, fitrah yang murni, hati yang bersih, spiritual yang cerdas semangat waja, cinta yang tulus dan murni kepada Allah dan akhlak yang mulia kita dapat mencapai kehidupan yang Islami, damai, penuh keimanan, istiqomah dan selamat di dunia dan di akhirat.

Memilih Seorang Pemimpin


Hidup adalah pilihan, yang menuntut setiap orang yang masih hidup untuk membuat pilihan dalam hidupnya. Jika hidup adalah bergerak, dan bergerak berarti maju, tentunya setiap orang wajib membuat pilihan tentang apa yang mesti dan apa yang tidak boleh ia kerjakan. Setelah membuat pilihan tentang apa yang mesti ia kerjakan, ia juga dituntut untuk memilih mana yang lebih utama yang mesti dikerjakan dalam bentuk skala prioritas dan keutamaan. Sebagai contoh; dalam kehidupan sehari-hari seseorang mesti memilih antara duduk atau berdiri, berdiri atau berjalan, tidur atau bekerja dan lain-lain. Ahli hikmah berkata: ”sesungguhnya hidup ini adalah rantai pembuatan keputusan”. Secara hakikat, sesungguhnya, keberadaan manusia di dunia ini adalah khalifah yang memimpin dunia dengan segala kebijaksanaan yang dimiliki. Kebijaksanaan setiap individu biasanya diukur dengan cara dan bagaimana seseorang membuat keputusan dalam hidupnya. Apakah keputusan tersebut dapat dianggap baik dan tepat karena sangat sesuai dengan tempat, keadaan dan waktu, serta berpihak kepada kepentingan orang banyak ataupun sebaliknya.

Dalam membuat sebuah keputusan, terutama dalam meletakkan pilihan, tentunya seseorang dituntut untuk memiliki beberapa hal penting yang menjadi pra-syarat baginya dalam membuat sebuah keputusan yang dianggap tepat dan bijaksana, terutama untuk memilih seorang pemimpin yang akan menjadi panutan dan figur bagi rakyak dan seluruh elemen masyarakat. Hal-hal tersebut adalah;
1. Kematangan pola pikir yang dapat diukur dengan tingkat pendidikan yang diperoleh, atau pengalaman yang dimiliki melalui sekolah alam yang terbentang luas di hadapan kita. Membaca setiap fenomena dan mencermati setiap gejolak yang terjadi, serta mencari hikmah dari setiap peristiwa.
2. Kematangan jiwa atau psikologis, yang oleh mayoritas penduduk dunia meletakkan usia 21 tahun sebagai usia minimal untuk dapat dianggap layak ikut serta dalam proses pemilihan. Pada sisi lain, di Indonesia, usia 17 tahun ditetapkan oleh undang-undang sebagai batas minimal usia untuk memilih, yang tentunya perlu kita pertanyakan kembali, karena beberapa hal yang menjadi pertanyaan utama terhadap hal ini tentunya masih sukar untuk dijawab. Kematangan apakah yang dimiliki seseorang pada usia 17 tahun? Apakah ia sudah terbebas dari rasa suka atau tidak suka dalam membuat ( like or dislike basis ) pilihan? Wajarkah seseorang yang berusia 17 tahun ikut andil dalam menentukan siapakah pemimpin negara? Bukankah partisipasi seseorang yang berusia 17 tahun dalam memilih pemimpin negara secara defacto adalah partipasi nyata dalam mengatur dan mengurus negara? Wajarkah bila pilihan seseorang yang berusia 17 tahun senilai dengan pilihan seorang Profesor yang kaya dengan ilmu dan luas dengan wawasan?
3. Informasi yang cukup dan konkrit tentang hal-hal atau orang-orang yang diputuskan untuk dipilih. Hal ini dapat diukur dengan kadar pengetahuan tentang hal-hal berikut; Apakah kita sudah mengetahui latar belakang para calon secara jelas dan pasti? Apakah mereka bersih dari skandal dan kriminal ataupun penyelewengan moral lainnya? Bagaimanakah kiprah dan performance mereka sekarang? Sudahkah secara tepat kita dapat memprediksi sepak terjang mereka pada masa yang akan datang? Tanpa informasi yang lengkap tentunya kita akan sama dengan orang yang hendak mengenal gajah dalam kegelepan, atau membeli kucing dalam karung. Keputusan kita akan selalu salah dan membawa penyesalan yang berkepanjangan.
4. Pemahaman yang baik tentang roda zaman. Setiap zaman memiliki karekteristik yang tersendiri baginya, yang menjadi nilai utama pada zaman tersebut. Tuntuntan zaman dan budaya hidup tentunya sangat mempengaruhi kita dalam membuat keputusan. Di zaman penjajahan kita perlukan seorang pahlawan dan kesatria yang berani bertempur di medan laga. Di zaman perjuangan kemerdekaan kita perlukan tokoh karismatik yang dapat menghimpun semua kekuatan bangsa, dan di zaman kemerdekaan kita perlu seorang pemimpin yang futuristik, inovatif, kreatif, profesional dan agamis.

Kemerdekaan yang telah kita nikmati selama 57 tahun lamanya dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih memperihatinkan, tentunya sangat erat hubungannya dengan kualitas kepemimpinan bangsa yang kita miliki hari ini. Sesungguhnya kualitas kepemimpinan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas rakyat dan elemen masyarakat yang menentukan pilihan mereka dalam memilih para pemimpin bangsa pada semua level kepemimpinan yang ada. Jika rakyat tersalah pilih tentunya mereka harus membayarnya dengan kemunduran, kemiskinan dan keterbelakangan yang tragis dan nyata. Demokrasi yang berkualitas hanya akan terwujud apabila proses pencerdasan bangsa berjalan secara konsisten dan berkualitas, sehingga kita tidak selalu berada pada posisi darurat dalam membuat pilihan yang sangat krusial bagi masa depan bangsa dan negara.

Adalah sesuatu yang sangat ironi dan menyedihkan apabila kita lihat secara dekat dan melakukan komparasi nyata terhadap cara dan kiat masyarakat Barat dalam memilih pemimpin mereka. Perbedaan ketara dan absensi prinsip serta nilai-nilai murni, agama serta moral dalam kehidupan masyarakat Barat, tidak menjadikan mereka masyarakat yang buta nilai-nilai murni sehingga mereka memilih pemimpin mereka secara membabi buta. Masyarakat Barat memang menghadapi dekadensi moral dalam skop kehidupan keluarga dan masayarakat, tetapi mereka tak pernah rela untuk dipimpin oleh orang-orang yang memiliki cacat moral dan tidak memiliki kredibilitas keperibadian. Senator Garry sebagai contoh, adalah calon terkuat untuk menjadi Presiden Amerika, ternyata harus mundur, karena masyarakat Amerika secara mayoritas menolak pencalonannya yang terlibat skandal dengan seorang wanita. Hal yang sama juga terjadi di Jepang dan beberapa negara lainnya, padahal hal tersebut sangat sering kita abaikan dalam memilih seorang pemimpin walaupun kita sering mengaku sebagai masyarakat yang beragama. Hal tersebut sering kita anggap remeh dan bersifat pribadi yang tidak perlu kita campuri. Adalah ironi dan sarkastik sekali, apabila masyarakat yang menghadapi masalah moral, tetapi tak ingin dan tak rela dipimpin oleh orang yang memiliki masalaha moral, sementara kita, yang selalu berbangga dengan klaim agama dan moral, namum secara defacto rela dan ikhlas untuk dipimpin oleh seseorang yang memiliki masalah moral dan etika.

Dalam memilih pemimpin masyarakat Barat secara umum telam memiliki semua pra-syarat yang tersebut di atas, sehingga selalu membuat pilihan yang tepat dalam memilih pemimpin mereka. Setiap pemimpin yang mereka pilih adalah orang-orang yang cerdas, berpendidikan tinggi, kompetibel, inovatif, variatif, berwawasan luas, nasionalis dan patriotik, artikulatif dalam menyampaikan maksud dan pendapat serta komunikatif dalam hubungan sosial bersama masyarakat. Pemilihan yang tepat ini menjadikan masyarakat Barat menuai kemajuan demi kemajuan karena setiap pemimpin dengan keahliannya yang tersendiri membawa perubahan dan pembangunan yang berarti bagi negaranya. Pada sisi lain bangsa kita secara umum tidak memiliki kualitas yang tersebut di atas secara sempurna. Kita masih memilih berdasarkan rasa suka atau tidak suka dan dasar prinsip ekonomi; menguntungkan atau tidak, dan sangat jauh dari prinsip benar atau salah, baik atau buruk. Tingkat usia yang masih dini, wawasan dan ilmu yang terbatas serta terbatasnya calon yang akan dipilih telah membuka pintu eksploitasi bagi sebagian orang yang haus kekuasaan. Money politic atau politik uang dan propaganda lainnya serta janji-janji politik menjadi strategi yang dianggap jitu dalam meraih suara.

Masyarakat Barat memberikan nilai yang tinggi dan appresiatif terhadaf akurasi, validitas dan objektivitas visi dan misi setiap calon, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kemenangan setiap calon pada setiap pemilihan. Namun kita yang memilih berdasarkan rasa suka atau tidak suka, tidak dapat memahami signifikansi visi dan misi seseorang secara jelas dan akurat. Sehingga terkesan bahwa, sebagian orang terpilih menjadi pemimpin walaupun tidak memiliki visi dan misi yang jelas dan baik. Rasionalisasi manifesto bagi masyarakat Barat adalah sesuatu yang wajib dalam menilai program kerja seorang calon, namun hal tersebut bagi kita, adalah hal yang kurang berguna tak lebih dari sekedar tinta diatas kertas semata.

Faktor agama juga sangat mempengaruhi masayarakat Barat dalam memilih pemimpin, hal tersebut, terlihat dengan jelas dalam pemilihan George W Bush yang menang dalam pemilu yang lalu karena mendapat dukungan gereja dan tokoh agama, namun kita mengalami hal yang sebaliknya. Para calon pemimpin yang mendapat dukungan masjid dan tokoh-tokoh agama sering mendapat kekalahan karena dukungan mereka, kurang berarti di mata sebagian masyarakat kita, justru mereka yang tidak mendapat dukungan dari tokoh agama sering terpilih sebagai pemimpin.

Secara jujur kita harus mengakui, bahwa selagi kita tidak merubah pola pikir dan budaya politik kita dalam membuat sebuah pilihan tentunya, kualitas demokrasi dan kepemimpinan kita juga tentunya sukar untuk berubah. Hanya masyarakat yang bijak yang dapat membuat pilihan bijak dalam memilih pemimpin mereka. Semakin cerdas bangsa kita membuat pilihan maka semakin berkualitaslah demokrasi yang miliki dan amalkan, serta semakin berkualitaslah barisan kepemimpinan bangsa yang kita miliki. Pepatah Melayu lama menyatakan: Hanya Jauhari Yang Kenal manikam atau hanya ahli permata yang mengenali permata yang paling mahal dan berharga. Hanya rakyat yang bijaklah yang mengenali pemimpin bijaksana yang menjadi harapan bangsa dan negara. Semuanya bermula dari kesadaran dan pengakuan, untuk menuju sebuah perubahan yang kita dambakan bersama. Wallohu A’lam.

• penulis adalah Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Dumai ( FKUB )
• Staf Ahli Walikota Dumai

SAMBUT IDUL ADHA DENGAN KOMITMEN KEAGAMAAN

Idul Adha atau hari raya kurban adalah hari besar Islam yang dirayakan oleh ummat Islam seluruh dunia, sebagai sebuah ungkapan dan manifestasi nyata dari sebuah semangat keagamaan yang mendalam. Semangat keagaaman ini muncul dari sebuah keyakinan yang kuat dan kokoh bahwa nilai keimanan seorang hamba dinilai dari tahap ketaatannya dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kemampuan seorang hamba dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar sangat ditentukan oleh tahap pengorbanan yang mampu dilakukan. Untuk melaksanakan kebajikan seseorang mesti mengorbankan sifat ego centris yang ia miliki, sehingga ia sanggup mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain untuk mencapai ridho Allah. Pada sisi lain, kemungkaran atau maksiat hanya dapat dilakukan apabila seseorang sanggup mengorbankan hawa nafsu dan keinginan sesaat yang ia miliki, demi kebaikan dunia dan akhirat yang lebih pasti.

Atas nama Ketua Forum kerukunan Ummat Beragama FKUB Kota Dumai, saya mengajak Ummat Islam untuk menyambut Idul Adha 1428 ini dengan semangat dan komitmen keagamaan dan khidmad masyarakat atau pelayanan sosial yang lebih baik. Tiada kesuksesan berarti yang dapat dicapai dalam kesendirian, karena kemampuan dan potensi individu dangat terbatas, serta bersifat inter-dependent atau saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Apalah artinya memiliki jika kita tak mampu memberi. Keimanan seorang mukmin dapat dianggap benar jika ia dapat merasakan bahwa memberi kepada sesama jauh lebih nikmat dari menerima. Dengan memberi kepada sesama, hidup kita akan lebih berarti dan bermakna, karena kebahagian hidup ada pada memberi bukan pada memiliki, walaupun sedikit yang mampu kita berikan.

Dalam kehidupan berbangsa kita mesti menyadari bahwa kemiskinan dan keterbelakangan serta keterbatasan akses masa depan masih menjadi warna dominan pada kehidupan bangsa kita. Kemiskinan menjadi potret nyata yang ada di sekeliling kita, ketikberdayaan juga menjadi pemandangan yang jelas di depan mata. Sesungguhnya mereka sangat jauh dari perubahan yang diharapkan tanpa adanya keperihatinan dan uluran tangan mereka yang lebih beruntung dan memiliki kelebihan. Idul Adha mengajak dan mengajarkan kita untuk berusaha secara maksimal untuk mengorbankan sifat bakhil, kikir dan tamak serta sifat-sifat mazmumah lainnya yang selalu mendorong seseorang untuk bersikap bakhil, tamak dan matrealistis. Menghapus air mata mereka yang berada dalam duka dan tidak berdaya adalah karateristik utama insan yang bertakwa, karena ia dapat merasakan kesedihan orang lain dan dapat pula bergembira atas kebahagian dan kesuksesan orang lain.

Dengan Idul Adha kita dituntut untuk membuang dan mengorbankan prilaku buruk kita, yang sering bangga dengan kekayaan kita walaupun berada di tengah masyarakat miskin yang tak berdaya, atau merasa hebat dengan kepintaran dan kepandaian padahal kita kita dikelilingi oleh mereka yang kurang berendidikan, bahkan terkadang kita sering merasa mulia dengan pangkat dan nama padahal kita berada di tengah-tengah masyarakat lemah yang tidak berdaya. Prilaku ini menjadikan bangsa kita yang besar ini menjadi manusia kerdil yang kurang berarti.