Sabtu, 08 Maret 2008

JADIKAN HAJI SEBAGAI ALAT MEREFORMASI DIRI

Ibadah haji merupakan rukun Islam ke lima yang selalu menjadi dambaan dan puncak harapan serta kesempurnaan hidup bagi seorang Muslim yang benar-benar berusaha untuk mencapai kesempurnaan jati diri, dalam bingkai pengabdian yang sempurna atau Islam yang kaffah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, karena ibadah haji adalah puncak pengabdian seorang hamba yang menuntut segala bentuk pengobanan dalam merefleksikan makna Haqqul yakin atau iman yang hakiki. Ibadah haji menuntut pengorbanan materi, jiwa, raga, emosi, waktu dan lain-lain, yang tidak dituntut pada ibadah lainnya, hal ini disampaikan oleh Lukman Syarif, MA. Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Dumai ( FKUB ) dalam ceramahnya di hadapan Ibu-ibu PKK kota Dumai dalam acara Tepun Tawar melepas calon jamaah haji kota Dumai yang diadakan di gedung serba guna sri bunga tanjung pada hari jumát yang lalu.
Lebih lanjut Lukman Syarif menyatakan bahwa kecenderungan ummat Islam hari ini menjadikan ibadah haji sebagai sebuah ritual biasa yang dilaksanakan dengan maksud dan motif duniawi yang sangat kental, berupa status sosial yang terhormat atau rehabilitasi nama baik dan image pribadi yang tercemar, karena adanya penyelewengan moral yang pernah dilaksanakan sebelumnya, adalah sebuah kesalahan yang fatal dan total, karena sang pelaku berniat menipu Allah swt dan orang-orang yang beriman dengan kemunafikan yang dilakukan. Kita bisa menipu banyak orang dalam satu waktu tetapi kita tidak bisa menipu satu orangpun untuk selama-lamanya. Kita tidak bisa menipu orang lain tanpa menipu diri kita terlebih dahulu. wajarkah kita rela hidup dalam dunia kepalsuan yang kita ciptakan sendiri.
Pada kesempatan tersebut Alumnus International Islamic University Malaysia mengingat para calon jemaah haji untuk memahami terutama ketika berada di tanah suci bahwa hidup adalah sebuah amanah yang agung, besar dan tinggi maknanya namun kita selalu lupa akan makna dan hakikatnya. Allah swt menciptakan kita sebagai makhluk hidup yang sangat berbeda dengan makluk hidup lainnya, karena keberadaan kita di dunia ini tidak sama dengan makhluk lainnya baik secara fungsi dan pola kehidupannya. Kesediaan kita untuk memahami perbedaan ini menjadikan kita benar-benar dapat tampil beda dan berfungsi secara optimal dan nyata dari mahkluk lainnya yang hanya hidup untuk sebuah tujuan yang sempit dan kurang bermakna. Melalui ibadah haji diharapkan para calon jemaah haji berani dan jujur mengakui bahwa kilauan harta dan gemerlapnya kehidupan syahwat telah menjadikan dirinya tenggelam dan hanyut dalam fatamorgana dan hidup yang penuh retorika, sehingga sanggup berusaha secara sungguh-sungguh untuk membangun hidup pada pondasi asumsi dan waham atau prasangka semata, bahwa pangkat, harta, jabatan, pengaruh dan nama adalah segala-galanya.
Sesungguhnya haji yang mabrur secara lebih tegas diyatakan oleh staf ahli Walikota Dumai ini yang telah lebih 15 tahun melanglang buana di negara jiran Malaysia, adalah ibadah haji yang menciptakan proses reformasi hidup pada diri yang meliputi perobahan pola pikir, cara pandang, pola hidup dan orientasi perjuangan hidup yang secara sinergis akan menciptakan sebuah keperibadian yang Islami, berwawasan, penuh tawadhu dan akhlakul karimah. Kita sering berubah menurut keinginan dan tuntutan hawa nafsu kita, atau hanya sekedar mengikuti perubahan zaman dan keadaan masyarakat di sekeliling kita. Haji yang mabrur akan menjadi contoh dan panutan ummat serta dapat tampil tampil sebagai agen perubahan sosial masyarakat menuju ridho Allah swt. Haji yang mabrur akan lebih mengenali hakikat diri yang penuh kelemahan dan kekurangan serta selalu berusaha untuk membenahi diri melalui proses reformasi yang bersinergi dengan proses revitalisasi jati diri seorang mukmin dalam bentuk pengabdian total dan wholistik kepada Allah swt.