Rabu, 09 April 2008

Menyongsong Pilkada Riau 1

Oleh
Lukman Syarif, MA.
Tahun 2007 adalah starting point yang menandai bermulanya pergulatan politik Riau secara serius dalam skala lokal, dengan bentuk dan nuansa Pilkada Riau 1 pada tahun 2008 nantinya. Jika ditahun 2006 kita menyaksikan manuver-manuver politik para bakal calon ( balon ) dalam bentuk kampanye terselubung dan agenda tersembunyi, maka tirai tersebut akan mulai terbuka dan terungkap sehingga maksud dan tujuan para bakal calon akan dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Jika tahun 2006 dipenuhi dengan ucapan-ucapan selamat, baik berupa pemasangan baleho, poster-poster dan iklan-iklan layanan masyarakat di media elektronik dan cetak, maka tahun 2007 diyakini para bakal calon akan berubah trend dengan slogan; Mohon Doa Restu yang biasa dipakai oleh para bakal calon pada pilkada Walikota / Bupati di Provinsi Riau.
Sesungguhnya dinamika politik lokal baik secara makro ataupun mikro terutama sekali yang berkaitan dengan PILKADA Provinsi Riau sejak awal tahun 2006 ini, bahkan jauh sebelumnya, terlihat semakin menggeliat dan mengemuka di dalam pembicaraan dan dialog ataupun diskusi antara sesama warga masyarakat Riau. Pilkada Riau 1 ( Pemlihan Gubernur ) selalu menjadi isu penting dalam pertemuan-pertemuan resmi di kantor-kantor dan di forum-forum ilmiah, dan pertemuan tidak resmi di rumah-rumah, bahkan ianya dibicarakan dan didiskusikan juga di warung-warung kopi. Tiada hari yang berlalu bagi media masa lokal baik cetak maupun elektronik tanpa perlombaan pasar yang ketat dalam memperebutkan kesempatan untuk mensosialisasikan manuver-manuver politik tersembunyi para bakal calon di media masa yang mereka miliki terutama melalui segment kegiatan-kegiatan sosial dan agama ataupun himbauan moral lainnya yang dibungkus dalam kemasan pemberitaan yang menarik dan mengandungi makna atau maksud promosi para bakal calon serta hal-hal strategis lainnya yang menjadi perhatian utama bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa duet kepemimpinan Rusli Zainal dan Wan Abu Bakar sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau akan berakhir pada tahun 2008 nantinya, maka Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Riau secara langsung oleh Rakyat Riau untuk pertama kalinya pada level provinsi wajib dilaksanakan terlepas dari rasa suka atau tidak suka kita, mau dan tidak mau, sebelum berakhirnya duet kepemimpinan mereka berdua, karena kekosongan kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat mustahil dalam sistem pemerintahan di negara kita. Belajar dari proses pilkada pada level kabupaten / kota yang telah berlangsung sebelumnya, dengan cerita dan kisahnya yang tersendiri, serta fenomena umum dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan ( ormas ) secara mendadak dan lembaga swadaya masyarakat lainnya ( LSM ) juga secara mendadak dan sporadis bagaikan tumbuhnya jamur di musim hujan. Kehadiran beberapa tokoh baik dari stok lama ataupun baru, angkatan muda yang energik dan reformis ataupun generasi tua yang cenderung konservatif, serta kehadiran beberapa tokoh dan bakal calon yang terkesan karbitan sangat mewarnai pesta demokrasi dan proses suksesi kepemimpinan di tingkat kabupaten/ kota. Aksi dukung mendukung juga timbul berupa penyataan sikap dari beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama ataupun pimpinan organisasi dengan klaim kepememilikan anggota yang banyak, besar dan berpengaruh sebagai media untuk melakukan lobi dan negoisasi ataupun bargaining politik untuk mendapatkan keuntungan politik, sosial dan materi lainya ( political and material benefits ) yang sangat mereka harapkan. Pada pilkada kabupaten / kota juga muncul kelompok-kelompok yang melihat yang melihat event penting ini sebagai momentum bisnis dan kesempatan kerja ( job opportunity ) untuk meraih kepentingan materi yang telah lama ditunggu-tunggu. Para pengiat dunia bisnis telah menghitung dan menilai berapa banyak kesempatan yang ada dan keuntungan yang bakal diraih melalui penyedian alat-alat kelengkapan pilkada yang diperlukan para bakal calon ataupun calon. Secara umum mereka ini memiliki kemampuan persuasif yang tinggi dan pendekatan yang affirmatif sehingga sebagai para bakal calon ataupun calon ada yang menerima tawaran mereka, padahal mereka hanya melihat pilkada sebagai sebuah tender proyek bernilai milyaran, secara tertutup yang bisa dilakukan secara Penunjukan Langsung ( PL ) tanpa harus mengangkaki Keppres 80.
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam skala atau tingkat kabupaten / kota, apakah ianya juga bakal terjadi dalam skala atau level provinsi? Para ahli sejarah melihat bahwa sebuah fenomena yang terjadi hari ini tak terlepas dari apa yang terjadi sebelumnya atau bisa dianggap sebagai proses pengulangan kejadian sebelumya dengan skala dan nuansa yang berbeda ( history repeat itself ). Pemikiran ini tentunya sangat berdasar terutama apabila kita melihat mindset ( alur pikir ) dan paradigma masyarakat kita hari ini yang belum mengalami reformasi mindset dan perubahan pola pikir dalam menata hidup dan memperjuangkan sebuah aspirasi terutama hal-hal yang berhubungan dengan keuntungan materi yang masih sangat dominan dalam kehidupan kita. Thomas Kuhn dengan konsepnya Paradigm Shift ( anjakan paradigma ) menyatakan bahwa sebuah masyarakat tidak akan berubah sebelum mereka dengan rela dan terbuka menerima proses perubahan pola pikir dan cara pandang terhadap hidup dan pola hidup yang diamalkan. Kecemasan kaum intelek dan kelompok moralist tentang fenomena di atas adalah sangat logis dan realistik karena semuanya bakal terulang dan terjadi pada helat akbar atau pesta demokrasi terbesar di Riau pada ajang Pilkada Riau 1 nantinya. Untuk pertama kalinya pada pilkada ini kebijaksanaan dan kearifan masyarakat Riau akan diuji dalam menentukan putra terbaik mereka untuk memimpin Riau, menuju masyarakat yang demokratis, maju, adil, sejahtera, agamis, berwawasan internasional, serta memiliki kredibilitas moral yang tinggi dan bermartabat. Proses pendewasaan masyarakat adalah suatu yang wajib agar jurang intelektual, emosi dan spiritual yang selama ini menjadi kendala, dapat dihilangkan dan menyatu dalam sebuah tim pembangunan masyarakat yang solid dan konsistent.

Tidak ada komentar: